Harga Minyak Merosot, Apakah Harga Pertamax Akan Segera Turun?

Merosotnya harga minyak mentah dunia ke 30 dollar AS per barel dinilai akan berdampak terhadap penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Dok Tribun Bali
Ilustrasi mengisi BBM - 

TRIBUN-BALI.COMBahan Bakar Minyak (BBM) merupakan hal penting yang digunakan para pengguna kendaraan, seperti motor, mobil ataupun truk.

Jika harga BBM melambung tinggi, biasanya banyak orang yang akan memberikan protes akan hal tersebut.

Namun ada juga orang yang menganggap itu merupakan hal yang wajar.

Saat ini dikabarkan bahwa harga minyak mentah dunia sedang merosot.

Italia Dikarantina, Pemerintah Belum Akan Evakuasi WNI

Sule Akhirnya Bicara Soal Pernikahannya Yang Batal, Mengaku Tak Jatuh Cinta Dengan Siapapun

Cerita Mengharukan Dokter di China yang Kembali Bekerja Setelah Terinfeksi Corona

Merosotnya harga minyak mentah dunia ke 30 dollar AS per barel dinilai akan berdampak terhadap penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Khususnya, BBM non subsidi misalnya Pertamax dan Pertalite.

"Kalau harga minyak mentahnya di bawah 30 dollar AS per barel, ya untuk acuan Brent maka sangat mungkin ke depannya agar BBM jenis non subsidi, seperti Pertamax dan lain-lain itu pun akan diturunkan harganya," kata peneliti Indef, Bhima Yudistira Adhinegara, Selasa (10/3/2020).

Namun ia malanjutkan, penyesuaian harga BBM tersebut tidak akan cepat diputuskan.

Pasalnya, ada perhitungan terkait kondisi harga minyak mentah dunia akibat perang harga minyak antara Arab Saudi dengan Rusia.

Bhima memperkirakan perang dagang minyak antara Arab Saudi dengan Rusia akan berlangsung hingga 2 bulan ke depan.

"Tapi, itu memang ada formulasi sehingga tidak bisa langsung dirasakan. Ada jedanya karena bergantung juga dengan berapa lama proses datangnya impor yang baru dan kontraknya berapa lama. Ini bakal berkepanjangan," kata dia.

Perang harga minyak juga diperkirakan akan memberikan dampak ke ekonomi global.

Apalagi permintaan diperkirakan menurun karena China sedang mengalami ancaman penurunan ekonomi akibat virus corona.

Sementara di sisi lain, arah kebijakan dua negara penghasil minyak yakni Arab Saudi dan Rusia dinilai sulit ditebak karena keduanya punya dua pertimbangan yang berbeda.

"Yang satu melihat virus corona, yang satu lagi melihat pemangkasan OPEC apakah berjalan atau justru sebaliknya," kata Bhima.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved