Corona di Indonesia

2 Perawat RSUP Sanglah Bali Dirawat Setelah Pernah Kontak Langsung Pasien Pengawasan Covid-19

Pasien observasi virus Corona (Covid-19) bertambah dua orang di RSUP Sanglah, Denpasar.

Tribun Bali/Rizal Fanany
Ilustrasi - RSUP Sanglah menggelar simulasi terkait penanganan virus corona, Rabu (12/2/2020). 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pasien observasi virus Corona (Covid-19) bertambah dua orang di RSUP Sanglah, Denpasar.

Pasien yang dirawat tersebut merupakan perawat di RSUP Sanglah.

Keduanya berkontak langsung dengan sejumlah pasien observasi virus Corona di Ruangan Nusa Indah, RSUP Sanglah.

"Jadi pada awalnya perawat yang bertugas di Ruangan Nusa Indah mengalami sakit seperti demam dan batuk.

Maka dari itu kita masukkan ke perawatan pengawasan. Kalau untuk dokter sehat semua," ujar Direktur Utama RSUP Sanglah, dr I Wayan Sudana, Kamis (13/3).

Hingga kemarin, total pasien pengawasan Covid-19 di seluruh Bali berjumlah 12 pasien.

Terdiri dari tiga warga negara Indonesia (WNI) dan sembilan warga negara asing (WNA).

Dari tiga WNI tersebut dua di antaranya merupakan perawat di Ruangan Nusa Indah yang melakukan kontak langsung pada pasien pengawasan Covid-19.

Sedangkan untuk perawat sehat yang juga menangani Covid-19, diperbolehkan pulang.

Dikarenakan sudah ada standar operasional prosedur saat menangani pasien seperti mengenakan APD (alat pelindung diri).

Sementara dari sembilan WNA, salah satunya adalah suami pasien positif virus Corona yang meninggal pada Rabu (11/3) dini hari di RSUP Sanglah.

Sang suami dirawat di Ruangan Isolasi Nusa Indah.

Menurut Sudana, kondisinya sudah membaik. “Karena memang tidak ada penyakit yang menyertai," katanya. 

Diketahui dari hasil laboratorium di Kementrian Kesehatan RI,  enam pasien dari 12 pasien observasi tersebut dinyatakan negatif virus Corona.

Enam pasien lainnya masih menunggu hasil lab.

"Saya ingin menginformasikan untuk ke-12 pasien pengawasan Covid-19 kondisi fisiknya baik dan bagus. Cuma memang karena kriterianya mengarah ke virus tersebut mengharuskan kita untuk melakukan observasi," terang Sudana.

       

Isolasi di Klungkung

Perkembangan terbaru, RSUD Klungkung kini juga merawat pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 sejak Rabu (11/3).

PDP itu merupakan seorang WNA perempuan berusia 20 tahun.

Ketika hendak dibawa ke RSUD Klungkung, semua boat cepat tidak bersedia merujuk sang pasien.

Alhasil Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta harus berkoordinasi dengan berbagai pihak, sehingga dapat menyebrangkan pasien itu menggunakan kapal milik pemerintah secara darurat.

Pasien dirujuk menggunakan kapal Roro dalam keadaan nihil penumpang. Proses rujukan dilakukan dengan koordinasi panjang dan prosedur yang sangat ketat.

Saat kapal berlabuh di Pelabuhan Padang Bai, Karangasem, pasien itu sempat dipindah ke ambulans lainnya yang memiliki fasilitas lebih memadai dan langsung dibawa ke RSUD Klungkung dengan tim mengenakan alat pelindung diri yang lengkap.

Suwirta dalam keterangan persnya bersama Sekda I Gede Putu Winastra, Sekretaris Diskes Ida Ayu Megawati, dan Dirut RSUD Klungkung dr I Nyoman Kesuma menjelaskan, pasien itu pertama kali masuk ke RS Gema Santi Nusa Penida, Rabu (11/3) siang, dengan keluhan batuk dan pilek.

Pasien sudah berada di Nusa Penida sejak Senin (9/3) lalu.

"Dari hasil wawancara petugas medis, pasien itu sekitar seminggu atau dua minggu lalu sempat melakukan kegiatan traveling ke Singapura," ungkap Suwirta, Kamis (12/3).

Dirut RSUD Klungkung dr I Nyoman Kesuma menjelaskan, pasien  tiba di RSUD Klungkung sekitar pukul 18.00 Wita dan langsung diisolasi di ruangan khusus di basement RSUD Klungkung.

"Kondisi terakhir pasien makannya bagus, tensi normal, tidak ada demam. Keluhannya batuk dan pilek.

Kami juga terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali," ungkapnya.

Dari hasil koordinasi itu, pasien ini dijadwalkan dirujuk ke RSUP Sanglah, Kamis (12/3) sore, untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut serta cek laboratorium.

"Sesuai protap penanganan Covid-19, tes laboratorium dilakukan di rumah sakit rujukan regional.

Sehingga kami tidak bisa memastikan, apakah pasien ini positif Corona atau tidak," jelas Kesuma.

Selain itu, tim surveilans Dinas Kesehatan Klungkung juga sedang menelusuri pihak-pihak yang sempat berinteraksi dengan pasien tersebut.

Termasuk melakukan disinfektan di lokasi pasien sempat menginap.

"Seorang rekan dari pasien itu dalam keadaan sehat, dan kondisinya masih terus dalam pemantauan kami," ungkap Sekretaris Dinas Kesehatan Klungkung Ida Ayu Megawati.

Pasien Pulang Umrah

Seorang warga Jembrana saat ini juga berada dalam pengawasan di ruang isolasi RSU Negara, Kamis (12/3).

Pasien seorang wanita berumur 62 tahun yang pulang dari umrah di Arab Saudi.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSU Negara, dr Narakusuma Wirawa, mengatakan pasien sudah menjalani pengawasan dan penanganan dengan penyakit gejala paru-paru, demam, dan batuk.

"Ya penanganan sudah sesuai dengan seseorang yang terkena infeksi paru-paru," jelasnya.

Narakusuma menyebut, perempuan itu dirawat karena memiliki riwayat pergi ke luar negeri untuk melaksanakan ibadah umrah.

Ia berangkat Februari dan pulang pada 8 Maret 2020. Pasien sempat transit di Singapura.

"Dan 9 Maret tiba Indonesia. Sekitar dua hari dirawat di RS Bunda dan kemarin malam (11 Maret) akhirnya pasien dirujuk dan sampai saat ini mendapat penanganan oleh kami," ungkapnya.

RSU Negara bukan merupakan RS Rujukan Corona. Namun, beberapa rumah sakit rujukan seperti di BRSU Tabanan belum siap, RSUP Sanglah penuh, dan RSUD Sanjiwani Gianyar ruang isolasi sudah dipakai dalam pengawasan.

“Karena menimbang hal itu, maka RSU Negara dipakai. Kebetulan memang sudah ada ruangannya," bebernya.

Hanya saja, Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Kendali Mutu Dr. I Gede Ambara Putra, mengaku RSU Negara masih belum memiliki alat pemeriksaan dan pengambilan swab.

Alat ini hanya dimiliki oleh rumah sakit rujukan. Padahal pemeriksaan swab menjadi prosedur utama pemeriksaan Covid 19.

Kekurangan Perawat

Banyaknya pasien dalam pengawasan (PDP) Corona di Bali membuat rumah sakit rujukan selalu penuh.

Termasuk RSUP Sanglah, serta BRSUD Tabanan dan RSUD Sanjiwani Gianyar.

Dirut RSUP Sanglah, dr Sudana mengatakan, pada awalnya ruangan isolasi Nusa Indah di RSUP Sanglah hanya berjumlah empat dan tidak pernah penuh.

"Sehingga, kita tambah ruangan isolasi menjadi enam dan dari enam sudah mulai penuh lalu kita perbanyak lagi menjadi18 ruangan isolasi," tambahnya.

Jika dilihat dari perkembangan pasien pengawasan Covid-19, dibutuhkan tenaga yang ekstra, padahal tenaga keperawatan sangat terbatas.

Pihak RSUP Sanglah sudah mengupayakan untuk menarik beberapa tenaga yang sudah terlatih PPI (Pencegahan Pengendalian Infeksi).

"Kita sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali, untuk meminta tenaga kesehatan.

Jika tidak ada perawat yang berkompetensi untuk merawat pasien pengawasan tersebut kita akan tempatkan di tempat berbeda, lalu menarik perawat RSUP Sanglah sendiri untuk berjaga di Nusa indah," imbuhnya.

Saat ini jumlah perawat di Ruang Nusa Indah sebanyak 20 perawat.

Sedangkan perkiraan pihak RSUP Sanglah membutuhkan 36 perawat.

Jika nantinya terdapat perkembangan kasus yang lebih banyak dan sumber dayanya tetap terbatas, maka jam kerja dari tenaga medis akan ditambahkan untuk melakukan pelayanan yang lebih maksimal.

Perawat yang berkontaminasi langsung dengan pasien observasi tersebut akan dikarantina.

Misalkan seminggu atau dua minggu, dengan asumsi dikarenakan kontak yang lama akan membuat perawat tersebut berisiko terkontaminasi.

Sehingga setelah diputuskan dua minggu diperbolehkan untuk tidak bertugas maka akan dilakukan proses karantina sampai 14 hari.

Hingga tidak menimbulkan keluhan sehingga diperbolehkan pulang.

"Tapi untuk saat ini perawat masih diperbolehkan untuk pulang. Untuk proses dekontaminasi sudah dilakukan ke ruang isolasi.

Dan untuk akses masyarakat yang tidak berkepentingan di Ruangan Nusa Indah sudah kita atur mulai hari ini," kata Ketua K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja) RSUP Sanglah. dr Ken Wirasandhi, kemarin.

Sedangkan untuk ruangan isolasi di Nusa Indah sudah dilakukan disinfektan paling tidak sehari tiga kali.

Dan untuk APD (Alat pelindung diri), pihak Sanglah sudah selalu berkoordinasi dengan Dinkes Provinsi Bali

"Dalam sehari untuk satu pasien hampir menghabiskan15 sampai 20 APD. APD didapatkan dari Dinkes Provinsi Bali dan stok yang ada di RSUP Sanglah," tambah Sudana

Pihak RSUP Sanglah akan selalu melakukan koordinasi.

Ada beberapa skenario saat ini yang masih mampu digunakan, Ketika ada pertambahan jumlah pasien pengawasan akan ada ruangan lain yang di alih fungsikan untuk merawat pasien-pasien tersebut.

Untuk kesiapsiagaan yang lain, RSUP Sanglah sudah menerapkan pengecekan suhu tubuh dengan menggunakan termoscanner di depan ruangan Wing.

"Untuk pengecekan suhu badan baru dilakukan pada Ruangan Wing, dikarenakan ketersediaan alat termoscanner yang mulai langka serta kenaikan harga dari alat tersebut.

Yang awalnya Rp 500 ribu naik menjadi Rp 2,5 juta," terang Sudana. (sar/mit/ang)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved