Corona di Indonesia
'Social Distancing' Masih Diabaikan, Sosiolog: Kita akan Menderita Jauh Lebih Berat
dalam kondisi saat ini, masyarakat seharusnya menyadari bahwa penularan virus akan jauh lebih tinggi apabila masing-masing orang
TRIBUN-BALI.COM - Sosiolog sekaligus Dosen Universitas Indonesia (UI) Imam B. Prasodjo menyoroti sebagian masyarakat yang tidak menerapkan social distancing dalam aktivitas sehari-hari.
Imam mengatakan, dalam kondisi saat ini, masyarakat seharusnya menyadari bahwa penularan virus akan jauh lebih tinggi apabila masing-masing orang tidak menerapkan social distancing.
"Apakah harus terjadi dulu agar orang bisa sadar bahayanya?" ujar Imam dalam konferensi pers di Kantor BNPB, Jakarta, Jumat (20/3/2020).
"Negara lain sudah pernah. Dengan kasat mata memperlihatkan kepada kita kalau ini (social distancing) diabaikan, negeri ini kekuatannya tidak sebaik Korea Selatan atau Italia, maka kita akan menderitanya jauh lebih berat," lanjut dia.
• Wabah COVID-19,Wisman Australia Dominasi Kunjungan ke Bali Melalui Bandara Ngurah Rai Bulan Februari
• Terbaru, Tiga Pasien Positif Corona di Bali, Ini Rinciannya
• Wabah Virus Corona, Serikat Pekerja Minta Pengusaha Tak Lakukan PHK
Oleh sebab itu, ia pun mengimbau masyarakat tidak ada salahnya untuk mulai mendisiplinkan diri menerapkan social distancing dalam aktivitas sehari-hari.
Mulai dari bekerja dari rumah, belajar dari rumah, beribadah dari rumah serta menghindari acara yang melibatkan orang banyak.
Apalagi bagi mereka yang mengalami sakit flu, batuk dan demam.
Mereka juga harus memiliki pemahaman bahwa jangan sampai orang lain tertular oleh sakitnya.
"Pada saat yang sama, orang pilek, batuk, bersin itu juga harus menjaga teman-teman di lingkungannya. Dia harus bertanggung jawab. Jaraknya kira-kira 1,8 hingga 2 meter. Coba ya bayangkan kalau kita berada di kerumunan, dempet=dempetan, ada yang batuk langsung hujan lokal," ujar Imam.
"Kalau diri kita tidak melakukan juga (social distancing) dan mewabah ke semua orang, apa yang terjadi jika pasar terjangkit banyak orang yang tidak mau melakukannya? Itu fatal," lanjut dia.
Idealnya, setiap orang harus menjaga diri. Sebab, kita tidak mengetahui bagaimana kondisi sebenarnya dari orang-orang yang berada di sekitar kita.
Imam sekaligus mengingatkan bahwa social distancing bukan berarti tidak melakukan tindakan pertolongan apabila ada seseorang yang mengalami kecelakaan.
Dalam kasus tersebut, Imam mengatakan, orang yang mengalami kecelakaan tetap harus mendapatkan pertolongan.
Hanya saja, cara pertolongannya harus tepat agar meminimalisasi penularan penyakit.
"Bukan berarti dia tidak bisa kemendekat pada orang-orang sakit. Tetapi, jangan sembarang kita melakukan dekat tanpa mempertahankan diri. Kalau itu dilakukan juga kemungkinan dia bisa tertular," kata dia.