Sepekan Terjadi Dua Kasus Penebasan di Badung Bali, Amarah Dipicu Dendam Hingga Harta Waris

Peristiwa penebasan yang diduga di latar belakangi dendam ini terjadi di jalan raya dekat Banjar Sekar Mukti, Desa Pangsan, Petang, Badung, Bali,

Penulis: Firizqi Irwan | Editor: Ady Sucipto
Tribun Bali/Prima
Ilustrasi penebasan 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Insiden penebasan di wilayah Badung, Bali kembali terjadi. 

Peristiwa penebasan yang diduga di latar belakangi dendam ini terjadi di jalan raya dekat Banjar Sekar Mukti, Desa Pangsan, Petang, Badung, Bali, pada Jumat (20/3/2020) sekitar pukul 17.00 Wita.

Adalah I Gusti Ngurah Diana Putra alias Ngurah Nano (37) menjadi korban penebasan dan penganiayaan dengan senjata tajam. 

Peristiwa yang nyaris merenggut nyawa Ngurah Nano tersebut akhirnya kini ditangani pihak Polres Badung

Aksi penebasan tersebut menyebabkan Ngurah Nano mengalami luka serius pada pergelangan tangan kanan dan kiri, siku kiri serta luka pukul pada pipi atas.

Bahkan pada pergelangan tangan kiri korban, nyaris putus.

Mengenai kasus tersebut, Kasubbag Humas Polres Badung Iptu I Ketut Gede Oka Bawa saat dikonfirmasi membenarkan kejadian tersebut, Sabtu (21/3/2020).

"Ya benar, hanya saja masih dilakukan penyelidikan lebih lanjut.

Korban saat ini masih dirawat di RSD Mangusada karena luka yang dialaminya," ujarnya.

Kasus penganiayaan dengan menebas korbannya ini diketahui dilakukan oleh Arya Santoso alias Kuncir (31) seorang petani dari Banjar Beng, Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Badung, Bali.

Berdasarkan laporan kepolisian LP-B/06/III/2020/Bali/Res Badung/Sek Petang, tanggal 20 Maret 2020.

Berdasarkan sumber kepolisian, dugaan penganiayaan ini karena dendam lama korban dan pelaku.

Mereka diketahui salah paham saat berada di depan salah satu warung makan di Banjar Beng, Desa Carang, Petang.

Belum diketahui salah paham seperti apa yang dimaksudkan sampai akhirnya terjadi perkelahian antar kedua orang tersebut.

Teman-teman korban maupun pelaku yang saat berada di lokasi bahkan sudah berusaha melerai perkelahian tersebut, namun keduanya masih saja bersitegang.

Pelaku yang tidak terima dengan korban, lalu pergi menuju rumahnya untuk mengambil sebilah senjata tajam jenis pedang.

Kemudian ia menunggu dijalan raya sebelah utara Banjar Sekar Mukti, Petang untuk menunggu korban Ngurah Nano melewati lokasi tersebut.

Tak lama korban melewati jalur tersebut dari arah utara, pelaku yang diduga emosi dengan cepat langsung memberhentikan korban dan langsung menebas berkali-kali (5 kali tebas).

Korban yang saat itu masih duduk di atas sepeda motor, langsung tidak berdaya dan selanjutnya meminta tolong warga sekitar.

"Setelah mendapat laporan, team Opsnal langsung mencari pelaku penganiayaan.

Tapi kita masih belum tau penyebabnya, dugaan sementara karena salah paham," tambahnya.

Pelaku penebasan I Nyoman Mustika.
Pelaku penebasan I Nyoman Mustika. (dok/ist)

Nyoman Tika Tebas Ibu dan Anak di Pematang Sawah

Diduga dipicu masalah harta warisan, I Nyoman Mustika alias Tika (71) menebas keluarganya sendiri. 

Pria asal  Banjar Abing, Desa Sulangai, Petang, Badung, Bali ini menebas seorang ibu dan anaknya di pematang sawah hingga terluka.

Korban yang ditebas adalah ibu dan anak, Ni Nyoman Sumartini (51) dan I Putu Indra Yohana (24).

Mereka menderita luka sabetan di kepala dan leher.

Tika kini sudah ditahan di Polsek Petang, Badung.

Menurut informasi yang didapat, Ni Nyoman Sumartini  bersama dua anaknya I Putu Indra Yohana dan  Ni Kadek Dian Lita Dewi (20) berangkat ke sawah untuk melihat tanaman padi yang digarap sang suami I Wayan Adi Widanayasa (52).

Saat tiba di pematang sawah,  Indra Yohana didekati Tika yang saat itu  membawa cangkul dan sabit.

Dalam jarak kurang lebih 1 meter Indra menyapa dengan kata-kata, “Bagaimana Pak Man?”

Dengan nada emosi, Tika menyebut tanah yang diinjak Indra adalah miliknya.

Tika pun langsung menebas pangkal leher Indra. 

Indra merebut sabit dan dilemparnya ke arah utara.  Pelaku mengambil cangkul untuk menyerang kembali.

Saat itu  ibu korban Ni Nyoman Sumartini mendekat untuk  melerai.

Namun, pelaku malah memukul kepala Sumartini.

Kapolsek Petang, AKP I Dewa Made Suryatmaja  membenarkan kejadian sekitar pukul 10.00 Wita tersebut.

“Mereka pergi bertiga ke sawah, yang jadi korban ibu dan anak laki-lakinya.

Setelah kejadian, anak perempuannya meminta tolong kepada warga setempat dengan teriak-teriak,” bebernya.

Saat itu warga datang dan melerai pelaku dan korban. Kedua korban dibawa ke puskesmas terdekat. 

“Setelah dilarikan ke puskesmas, anaknya yang teriak ini menelpon ayahnya yang saat itu lagi berada di Petang,”  kata Suryatmaja.

Wayan Adi Widanayasa pulang ke rumahnya dan mendapati banyak orang berkumpul di rumahnya.

Dia pun lapor polisi.

“Setelah dicek, ternyata  istrinya terluka di kepala. Sementara anaknya di bagian pangkal leher kiri,” kata Suryatmaja.

Pelaku menyerahkan diri dan diamankan di Polsek Petang untuk proses lebih lanjut.

“Sebenarnya mereka ini keluarga. Bahkan korban dan pelaku tinggal di satu pekarangan rumah,” jelasnya.

Mengenai motif kejadian tersebut, Suryaatmaja menduga masalah warisan.

“Pelaku ini pernah kita tahan sebelumnya. Ia juga terjalin kasus dengan keluarga korban.

Hanya saja masalahnya yang dulu saya lupa. Intinya pelaku ini masih dendam,” tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved