Corona di Bali
Bertaruh Nyawa Tapi Gaji di Bawah UMR, Begini Keluh Kesah Tenaga Kontrak Perawat Covid-19 di Bali
- Tenaga medis yang berada di garda terdepan melawan wabah Covid-19 atau virus Corona di Bali mulai menyuarakan isi hati.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Ady Sucipto
Bertaruh Nyawa Tapi Gaji di Bawah UMR, Keluh Kesah Tenaga Kontrak Perawat Covid-19 di Bali
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Tenaga medis yang berada di garda terdepan melawan wabah Covid-19 atau virus corona di Bali mulai menyuarakan isi hati.
Mereka mempertaruhkan nyawa menangani pasien Covid-19 di ruang isolasi, namun gaji yang diterima sangat minim dan tak ada insentif dari Dinas Kesehatan Pemprov Bali.
Seperti diungkapkan seorang perawat yang bekerja di ruangan isolasi Nusa Indah RSUP Sanglah, Denpasar, yang saban hari menangani pasien positif Covid-19.
Ia mengeluhkan pendapatan atau gaji di bawah upah minimum regional (UMR) yang diterimanya setiap bulan.
Perawat yang tidak ingin namanya disebutkan ini menuturkan, gaji pokok yang mereka dapatkan sebesar Rp 1.280.000 per bulan.
Awalnya ia hanya mendapatkan gaji pokok Rp 780.000, namun sejak Februari 2020, gaji pokok dinaikkan Rp 500.000.
"Jadi kami hanya dapat gaji pokok sebesar Rp 1.280.000, beserta uang makan kalau tidak salah antara Rp 340.000 atau Rp 240.000, dan jasa pelayanan.
Biasanya jasa pelayanan diberikan tergantung dari jumlah pasien.
Namun jika kita ada yang cuti atau sakit selama sebulan hanya dapat gaji pokok Rp 1.280.000" ujar perawat tersebut kepada Tribun Bali, Minggu (29/3).
Padahal, kata dia, seluruh rumah sakit daerah di Bali gaji pokoknya sudah sesuai dengan UMR.
Sedang dirinya masih menerima gaji di bawah UMR, meski saat ini bertugas menangani pasien Covid-19.
Dan, selama para perawat tenaga kontrak tersebut menangani pasien kasus positif Covid-19 di RSUP Sanglah, tidak pernah diberikan insentif baik dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali maupun dari Kementrian Kesehatan RI.
“Tidak ada insentif,” lirih perawat yang mengaku sudah lima tahun bekerja sebagai perawat tenaga kontrak di RSUP Sanglah, namun hingga kini belum ada pengangkatan.
Adapun untuk persediaan alat pelindung diri (APD) di RSUP Sanglah, ia mengatakan saat ini stoknya masih tersedia.