Corona di Bali
Begini Cara Pemprov Bali Atasi Warga yang 'Bengkung' Ditengah Mewabahnya Virus Corona
Begini Cara Pemprov Bali Atasi Warga yang 'Bengkung' Ditengah Mewabahnya Virus Corona
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Aloisius H Manggol
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) Provinsi Bali Dewa Made Indra mengirimkan surat terbuka kepada seluruh prajuru desa adat se-Bali.
Dalam suratnya itu Dewa Indra mengakui bahwa ditengah pandemi Covid-19 masih banyak masyarakat yang "bengkung" atau sulit mengikuti kebijakan pemerintah.
"Masalah paling berat yang kita hadapi dalam pencegahan Covid-19 ini adalah kurang taat dan disiplinnya masyarakat melaksanakan arahan pemerintah," kata Dewa Indra dalam suratnya itu.
Arahan dari pemerintah yang sulit dilakukan oleh masyarakat tersebut yakni seperti mengurangi aktivitas di luar rumah, meniadakan keramaian, meniadakan hiburan, meniadakan acara atau kegiatan yang melibatkan orang banyak, menjaga jarak (social distancing/physical distancing), perilaku hidup bersih dan sehat hingga etika batuk, bersin serta meludah.
Di saat kurang taat dan disiplinnya sebagian masyarakat dalam mengikuti arahan kebijakan pemerintah untuk pengendalian Covid-19, Dewa Indra mengaku teringat akan institusi kebanggaan Bali yang telah dikenal masyarakat dunia karena keberhasilannya dalam banyak hal yakni desa adat.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali itu mengaku teringat akan kehebatan desa adat yang berhasil mendisiplinkan warganya untuk melaksanakan Nyepi, baik Nyepi Tahun Saka maupun Nyepi Desa yang merupakan tradisi di banyak Desa Adat.
Selain itu ia juga mengaku teringat akan kemampuan desa adat dalam menggerakkan masyarakat untuk mensukseskan berbagai program pemerintah.
"Dalam kegelapan situasi pandemi global Covid-19 ini, saya melihat secercah cahaya optimisme. Jika kita telah melihat bukti nyata keberhasilan desa adat dalam mendisiplinkan warga untuk tertib pelaksanaan Nyepi, mengapa potensi ini tidak kita manfaatkan," tuturnya.
Dirinya membayangkan, jika desa adat di Bali berhasil menegakkan disiplin warganya untuk melaksanakan protokol pencegahan Covid-19 dengan tertib melalui upaya sekala dan niskala, maka penyebaran Covid19 di Bali pasti bisa dihentikan. Jika penyebaran Covid-19 bisa dihentikan.
"Pada saat itu dunia akan mengarahkan pandangannya ke Bali. Semua orang akan merasa kagum dan menaruh rasa hormat kepada Desa Adat," kata dia.
Di tengah situasi sulit seperti ini, Dewa Indra mengaku memperlihatkan peluang kepada prajuru desa adat untuk tampil ke depan.
"Momentum kuat ini hanya sekali, sulit kita dapatkan lagi, karena itu alangkah baiknya kita manfaatkan. Mari kita buat dunia terkagum-kagum akan kemampuan desa adat di Bali yang bisa memenangkan perang melawan Covid-19. Ini saat yang tepat bagi desa adat untuk tampil ke depan," katanya.
Dewa Indra menuturkan, secara formal Gubernur Bali Wayan Koster dan Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali telah menandatangani Keputusan Bersama tentang Pembentukan Satgas Gotong Royong Penanggulangan Covid19 Berbasis Desa Adat di Bali.
Keputusan Bersama ini, kata dia, bukan bentuk kepanikan, tetapi sebagai bentuk keyakinan dan kepercayaan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali terhadap desa adat.
Dirinya meminta kepada desa adat agar pembentukan Satgas Gotong Royong ini sebaiknya tidak dimaknai sebagai penugasan, tetapi sebagai panggilan kehormatan atas dasar kepercayaan kepada desa adat untuk hadir dalam penanggulangan Covid-19 di Bali bersama-sama Pemerintah dan elemen masyarakat lainnya. (*)