Corona di Bali

Berawal dari Kuliah Online, Mahasiswa Politeknik Nasional Denpasar Ini Buka Usaha Masker

Didesak oleh situasi keluarga yang kurang mampu di tengah pandemi ini, Abdul Rohman dituntut untuk berpikir bagaimana cara mengisi perut

Penulis: Ni Kadek Rika Riyanti | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Istimewa
Usaha Masker dari Mahasiswa Prodi Usaha Perjalanan Wisata Politeknik Nasional Denpasar, Abdul Rohman. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Kadek Rika Riyanti

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Terinspirasi dari mengikuti mata kuliah kewirausahaan online, salah satu mahasiswa Program Studi (prodi) Usaha Perjalanan Wisata Politeknik Nasional Denpasar, Abdul Rohman, membuka usaha masker kecil-kecilan di tengah wabah Covid-19.

Didesak oleh situasi keluarga yang kurang mampu di tengah pandemi ini, Abdul Rohman dituntut untuk berpikir bagaimana cara mengisi perut sekaligus tetap berkuliah di jurusan yang digelutinya ini.

“Awalnya saya menjalani usaha mebel dan furniture bersama kakak, tetapi dampak dari corona ini terhadap wisatawan jadi sepi, karena rata-rata konsumen di tempat saya warga negara asing (WNA),” ucapnya, Minggu (5/4/2020).

Ibarat api disiram air, usahanya anjlok hingga mencapai 85 persen.

Viral Pria Sepuh Jatuh dari Sepeda Mulanya Dianggap Corona, Dibantu Polisi Ternyata Kelaparan

Pengda Kagama Bali Beri Bantuan APD untuk Tenaga Medis yang Rawat PDP Covid-19 di RSUP Sanglah  

Ternyata Konsumsi Vitamin C Dosis Tinggi Tak Berguna Cegah Covid-19, Ini yang Harus Dikonsumsi

Kendati tak mati total, Ia mengatakan hasil usaha sebelumnya tidak cukup untuk bertahan di tengah merebaknya virus ini.

“Nah dari kuliah kewirausahaan online kemarin, ditanyain, apa inspirasi anda sebagai mahasiswa untuk membantu UMKM di masyarakat ketika situasi seperti ini? Saya menjawabnya apa adanya saja, Mbak. Saya jawab, saya sendiri bingung Bu, gimana mau mikirin UMKM orang lain,” kenangnya seraya tertawa.

Mengaku semangatnya tergugah ketika kuliah online mata kuliah kewirausahaan, serta pemberitaan perihal ketersediaan masker yang langka, ia pun mulai memutar otak untuk mencoba menggarap usaha masker.

“Setelah itu saya melihat berita di Jawa Tengah mengenai bupatinya yang mengatakan bahwa masyarakat boleh menggunakan masker kain hanya saja tesnya ketika dicoba untuk meniup api dari korek tidak padam,” kenangnya kembali.

Dari sanalah, mahasiswa asal Pacitan, Jawa Timur ini, mulai mencobanya dengan berbekal sedikit pengalaman menjahit dan satu alat jahit yang dibarenginya dengan mengerjakan tugas kampus.

“Pertama saya coba satu-dua di tetangga, ternyata laris. Nah akhirnya saya mencoba mempromosikannya di grup yang lebih luas. Kemudian dari pihak kampus mengetahuinya dan membantu mempromosikannya. Saya pengennya sih cuman jual ke teman-teman dan tetangga, karena kebanyakan tetangga saya mengeluh ingin bekerja tapi sulit menemukan masker di toko-toko,” terangnya.

Mendapat dukungan dari dosen hingga Direktur kampusnya, ia mengaku mengerjakan masker pesanan ini mulai satu hingga tiga lusin dari malam hari sampai pukul 3 pagi.

Mahasiswa kelahiran 1997 ini bercerita bahwa sebelumnya ia datang ke Bali untuk merantau, kuliah sembari bekerja bersama kakak kandungnya 4 tahun lalu.

Sebagai seorang pelajar sekaligus tulang punggung keluarga, ia mengatakan biaya kuliahnya diperoleh dari hasil keringat sendiri.

“Kalau orang tua, bisa dikatakan saya berasal dari keluarga yang kurang mampu. Orangtua saya bekerja sebagai petani di Jawa,” jelasnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved