Tidak Selalu Negatif, Ini Dampak Positif dari Seseorang yang Memiliki Gangguan Kepribadian Narsistik
Narsistik adalah sebuah penyakit kepribadian di mana seseorang terlalu mencintai diri sendiri, selalu ingin dipuji,kurang memahami perasaan orang
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Tribunners, apa Kamu memiiki teman atau keluarga yang narsis ?
Narcissistic Personality Disorder atau Narsistik merupakan sebuah penyakit kepribadian yang dimana seseorang terlalu suka pada dirinya sendiri, tidak memiliki empati dan senang dipuji.
Mereka yang memiliki penyakit ini juga sangat egois dan suka mementingkan dirinya sendiri.
Studi menunjukkan, 6,2 persen responden dalam sebuah kelompok penelitian memiliki kelainan narsisistik.
• Ini Ciri-ciri Orang yang Memiliki Gangguan Kepribadian Narsistik, Kurang Empati Hingga Arogan
• Ini Kepribadian yang Rentan Akan Kecemasan Selama Wabah Covid-19
• Tes Kepribadian Ini Ungkap Profesi Idealmu, Pilih Satu Bentuk yang Paling Menarik
Dilansir dari Medical News Today, narsisistik merupakan gangguan spektrum.
"Narsisistik merupakan bagian dari sisi gelap yang termasuk dalam Machiavelisme (paham yang mengatakan apapun demi pemerintah dan negara selalu benar), psikopatis, dan sadisme," kata Dosen Sekolah Psikologi Queen’s University Belfast Inggris Kostas Papageorgiou.
Menurut Papageorgiou, narsisistik dibagi menjadi dua yaitu kuat dan lemah.
Narsistik lemah cenderung lebih defensif dan memandang perilaku orang lain sebagai musuh.
Sedangkan narsisis yang kuat biasanya memiliki perasaan penting yang terlalu besar dan keasyikan dengan status dan kekuasaan.
Meski dianggap buruk, tapi Papageorgiou tertarik untuk menelusuri dampak positif dari gangguan narsistik untuk membantu meningkatkan kondisi psikologis seseorang.
Papageorgiou dan rekannya akhir-akhir ini menerbitkan dua makalah penelitian yang menunjukkan bahwa orang-orang dengan narsisme kuat tampaknya memiliki ketahanan yang lebih besar terhadap stres dan kecil kemungkinannya mengalami depresi.
"Orang-orang dengan narsisisme, memiliki pandangan superior terhadap diri mereka sendiri, terlalu percaya diri, kurang empati, dan memiliki sedikit rasa malu atau bersalah," tutur Papageorgiou.
Dampak positif narsistik
Tetapi, yang masih menjadi pertanyaan dari penelitian ini adalah mengapa kelainan ini sangat toksik dan bertahan di era milenial seperti ini.
Kedua makalah yang diterbitkan total melibatkan 752 partisipan.