Dua Anak Meninggal di Klungkung, Tak Hanya Virus Corona yang Perlu Diwaspadai
Dua Anak Meninggal di Klungkung, Tak Hanya Virus Corona yang Perlu Diwaspadai
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Aloisius H Manggol
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA- Dalam rentang seminggu terakhir, dua orang anak meninggal dunia akibat demam berdarah di Klungkung.
Kondisi ini membuat Klungkung harus mewaspadai endemi demam berdarah, ditengah upaya pemkab yang juga fokus mewaspadai pandemi covid-19.
Kadis Kesehatan Klungkung dr Ni Made Swapatni menjelaskan, ada dua anak di Klungkung yang sudah meninggal dunia karena demam berdarah.
• BMKG Beri Sinyal Waspada Cuaca Ekstrem Kamis 9 April 2020, Peringatan Bali dan Provinsi Lainnya
Pertama dialami Ni Luh NPS (12), bocah asal Desa Sampalan Tengah, Kecamatan Dawan, Klungkung yang menghembuskan nafas terkahir karena mengalami demam berdarah, Sabtu (28/3/2020).
Serta seorang anak laki-laki berusia 9 tahun asal Desa batununggul, Nusa Penida, yang juga meninggal dunia karena demam berdarah, Rabu (1/4/2020) setelah mendapatkan perawatan intensif di RS Gema Santi Nusa Penida.
"Beberapa hari ini ada dua kasus meninggal karena demam berdarah. Dengan ini, kami imbau masyarakat tidak hanya harus waspada dengan covid-19, tapi juga harus waspada dengan demam berdarah," ujar dr Made Adi Swapatni, Rabu (8/4/2020).
• Kabar Gembira: Matahari Department Store Tetap Bayar Gaji, Bonus, dan THR, Meski Karyawan Dirumahkan
Ia menjelaskan, demam berdarah di negara tropis seperti Indonesia telah menjadi penyakit endemis.
Sehingga angka kejadiannya setiap tahun selalu ada.
Jika dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah kasusnya lebih rendah dari tahun ini.
• Data Terkini: 221 Orang Meninggal Akibat Virus Corona, Pasien Positif Virus Corona Capai 2.956 Orang
Hanya saja tahun ini ada dua anak yang meninggal dunia karena DB, dalam waktu seminggu terakhir.
Ia juga menjelaskan, ada beberapa faktor yang membuat dua anak itu meninggal karena demam berdarah.
Bisa karena daya tahan tubuh yang sudah lemah melawan penyakit, serta juga karena ada faktor keterlambatan saat dibawa ke rumah sakit.
"Kejadian harus menjadi perhatian kita semua, dan harus waspada juga dengan demam berdarah. Apalagi dengan kondisi saat ini, anak-anak harus berada dirumah, sehingga warga juga harus menjaga kebersihan lingkungan di rumahnya," ungkap Adi Swapatni.
Pasca kasus meninggal itu, Dinas Kesehatan Klungkung langsung melakukan penyelidikan epidemiologi ke lingkungan dimana para pasien demam berdarah.
Termasuk melakukan fogging dan pembagian sebuk abate untuk mencegah perkembangbiakan jentik nyamuk.
"Kami pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, perlunya kesadaran masyarakat untuk menerapkan PHBS (Pola Hidup Besih dan Sehat) sehingga penularan penyakit bisa kita tekan seminimal mungkin. Kami himbau, demam berdarah juga perlu menjadi kewaspadaan kita semua, disamping kita saat ini juga waspadai covid-19," tegas Adi Swaparni.
Fogging Hanya Tanggulangi Nyamuk Dewasa
Pasca adanya kasus demam berdarah dan dilakukan penyelidikan epidemiologi, Dinas Kesehatan melakukan fogging di Desa Batununggul, Nusa Penida.
Namun fogging dianggap kurang efektif untuk mencegah DBD, karena hanya bisa menanggulangi nyamuk biasa.
Hal yang lebih direkomendasikan yakni PSN (pemberantasan sarang nyamuk), yakni melalui gerakan 3 M (menguras, menutup dan menimbun) tempat-tempat genangan air yang menjadi lokasi jentik nyamuk berkembang.
"Demam berdarah bisa nenyebabkan kematian, oleh karenanya mari kita cegah bersama dengan melakukan gerakan 3M setiap minggu mulai dari rumah kita masing-masing," imbau Adi Swapatni. (*)