Corona di Indonesia

PHRI: Tak Mudah Ubah Hotel Menjadi Tempat Perawatan Pasien Corona

sejumlah perusahaan perhotelan pun dikabarkan berencana untuk mengubah sebagian ruang di hotelnya sebagai kamar perawatan, layaknya rumah sakit.

Editor: Wema Satya Dinata
shutterstock
Ilustrasi virus corona covid-19 

TRIBUN-BALI.COM - Pemerintah telah menyusun anggaran untuk penanganan pandemi corona (covid-19) di Indonesia.

Pemerintah pun menjamin klaim atau penggantian biaya perawatan pasien penyakit infeksi emerging tertentu bagi rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan Covid-19.

Merespon hal tersebut, sejumlah perusahaan perhotelan pun dikabarkan berencana untuk mengubah sebagian ruang di hotelnya sebagai kamar perawatan, layaknya rumah sakit.

Sebelumnya, rencana tersebut sudah disampaikan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyiapkan Hotel Patra Comfort Jakarta sebagai tempat penanganan Orang Dalam Pengawasan (ODP) Covid-19 dengan kapasitas 52 tempat tidur.

Dana Tak Terduga Rp 15 Miliar Habis, Pemprov Bali Lakukan Realokasi Anggaran untuk Tangani Covid-19

DJ Hannah Mengisi Waktu Luang WFH Dengan Latihan DJ Hingga Memasak

Pemain Persija Marco Motta Nasihati The Jakmania Cara Menghadapi Wabah Covid-19

Namun, menurut Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Rainier H. Daulay, hal serupa akan sulit dilakukan oleh perhotelan swasta.

Sebab, Rainier mengatakan bahwa perubahan ruang dan kamar hotel menjadi tempat perawatan, terkhusus pasien Covid-19 memerlukan kesiapan teknis yang khusus serta tambahan investasi yang besar.

"Tak semudah yang dibayangkan. (Perlu kesiapan khusus) dan rasanya biayanya juga sangat besar," kata Rainier saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (15/4/2020).

Apalagi, sambungnya, efek lanjutan dari perubahan tersebut akan menjadi pertimbangan para pengusaha hotel.

Menurutnya, jika hotel diubah menjadi tempat perawatan apalagi yang terkait Covid-19, hal itu bisa berdampak terhadap image hotel tersebut.

Sehingga, sekalipun ada kompensasi atau penggantian dari pemerintah, hal itu bukan berarti bisa secara otomatis mengganti kelesuan bisnis perhotelan saat ini.

"Setelah musibah berlalu, untuk diubah lagi jadi hotel perlu biaya yang cukup besar lagi, dan PR besar untuk mengubah image ex "RS Corona"," ungkapnya.

Rainier menekankan, pandemi Corona saat ini memang sangat memukul bisnis perhotelan. "Secara umum dampaknya sangat parah dan tiap hari bertambah parah entah hingga kapan," katanya.

Dalam catatan Kontan.co.id, merujuk pada data PHRI, hingga 1 April 2020 saja sudah ada sekitar 1.139 hotel yang tutup dengan lokasi terbanyak di kawasan Jawa Barat.

Sementara kerugian yang menimpa industri perhotelan dan restoran di Indonesia ditaksir mencapai sebesar US$ 1,5 miliar atau setara Rp 21 triliun sampai awal April.(*)

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved