Virus Corona
Bali dalam Sorotan Media Asing, Disebut Misterius Karena Angka Kematian Akibat Covid-19 Kecil
Media asing Asia Time menulis ada sesuatu yang misterius di Bali karena tak ada lonjakan angka kematian akibat wabah Covid-19.
Penulis: Widyartha Suryawan | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM - Pulau Dewata kembali menjadi sorotan dunia internasional.
Di tengah merebaknya virus corona, media asing Asia Time menulis ada sesuatu yang misterius di Bali karena tak ada lonjakan angka kematian akibat wabah yang kini menjadi pandemi global tersebut.
Artikel berjudul "Bali’s mysterious immunity to Covid-19" tersebut diunggah pada 16 April 2020.
"Saya juga merasa bingung karena itu tidak masuk akal," kata Rio Helmi, seorang penduduk Bali yang sudah lama menulis tentang kehidupan masyarakat lokal tentang rendahnya jumlah kasus di Bali.
"Kami tidak memiliki data, tetapi tidak ada tanda lonjakan kematian."
Terlebih lagi, tulis Asia Time, tidak ada pemberitaan bahwa rumah sakit di Bali kelabakan menangani pasien Covid-19 di pulau yang mayoritas masyarakatnya Hindu itu.
Berdasarkan data yang dirilis pada Jumat (17/4/2020), memang belum ada tambahan angka kematian akibat Covid-19 di Bali.
Sejauh ini baru ada 2 kasus kematian akibat Covid-19 di Bali (keduanya merupakan warga negara asing / WNA) meskipun dalam beberapa hari terakhir kasus positif terus meningkat.
Dilansir dari situs resmi BNPB, akumulatif kasus positif Covid-19 di Bali sudah mencapai 124 orang pada Jumat (17/4/2020). Jumlah tersebut meningkat dari sehari sebelumnya sebanyak 113 orang.
Kabar baiknya, sebanyak 36 pasien positif Covid-19 di Bali telah dinyatakan sembuh.
Saat ini , masih ada 86 pasien positif dalam perawatan (kasus aktif) di 11 rumah sakit rujukan di Bali.
Sementara di level nasional, jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia per jumat (17/4/2020) telah mencapai 5.923 pasien dan kasus terbanyak terjadi di Jakarta dengan 2.815 kasus.

Artikel di Asia Times itu melanjutkan:
"Apa yang membuat situasi Bali begitu membingungkan adalah bahwa jumlah kedatangan wisatawan China ke Bali sebenarnya meningkat sebesar 3% pada bulan Januari, bulan yang sama dengan lockdown di Wuhan.
Bahkan, mereka masih tiba sampai 5 Februari ketika pihak berwenang akhirnya melarang siapa pun yang berada di China dalam 14 hari sebelumnya.
Sementara semua aktivitas pariwisata akhirnya dihentikan pada 31 Maret....."
Artikel tersebut juga memaparkan data bahwa menurut sejumlah sumber diplomatik, masih ada 5.000 warga Australia di Bali, banyak dari mereka memiliki bisnis atau hidup dalam masa pensiun.
Selain Australia, artikel tersebut menyatakan masih ada warga dari negara lainnya yang masih berada di Bali.
Asia Times bahkan menyebut Bali memiliki imunitas misterius untuk melawan wabah yang telah menewaskan 147.360 orang di seluruh dunia.
Tamparan Bagi Industri Pariwisata Bali
Tidak kali ini saja Bali menjadi sorotan internasional terkait pandemi Covid-19.
Sebelumnya, pada 25 Maret 2020 media asing lainnya, Aljazeera juga sempat menyoroti dampak pariwisata Bali jika kasus Covid-19 di Indonesia melonjak.
Dalam artikel berjudul "Bali fears for future, as Indonesia's coronavirus cases jump" di Aljazeera itu mengurai masa depan Bali yang mengkhawatirkan di tengah pandemi ini.
"Dari penelitian kami, kami tahu sekitar 80 persen dari PDB Bali didasarkan pada pariwisata," kata Ross Taylor, presiden Indonesia Institute di Universitas Monash Melbourne, sebagaimana dikutip dari artikel tersebut.
Artikel tersebut juga memuat tamparan bagi indistri pariwisata Bali dengan menyebut bahwa selama 15 tahun terakhir, kaum muda telah pindah ke daerah wisata untuk mencari pekerjaan, sementara pada saat yang sama, orang tua mereka telah menjual sawah mereka kepada pengembang.
"Sudah ada transisi besar ini di mana hampir semua orang telah meletakkan semua telur mereka di keranjang pariwisata," tambah Taylor. "Hasil dari mengambil itu akan menjadi bencana besar.
"Di sebagian besar negara Barat, rumah tangga memiliki beberapa penyangga keuangan. Tetapi di Bali, kebanyakan orang hanya berpenghasilan beberapa ratus dolar sebulan. Mereka hidup dari hari ke hari atau bulan-ke-bulan. Jika mereka kehilangan pekerjaan, mereka tidak akan memiliki apa pun untuk jatuh kembali." (*)