Sejarah Panjang Rempah Pala, Dulu Mahal dan Diperebutkan Hingga Dipercaya Mampu Mencegah Black Death

Pala jadi salah satu rempah yang berasal dari Indonesia, khususnya Kepulauan Banda di bagian timur Indonesia

Editor: Irma Budiarti
Pixabay
Ilustrasi rempah pala - Sejarah Panjang Rempah Pala, Dulu Mahal dan Diperebutkan Hingga Dipercaya Mampu Mencegah Black Death 

TRIBUN-BALI.COM - Pala jadi salah satu rempah yang berasal dari Indonesia, khususnya Kepulauan Banda di bagian timur Indonesia.

Dilansir dari The Guardian, sejarah pala bisa dirunut cukup panjang.

Pala sudah dikenal bangsa Arab dan diperdagangkan sejak tahun 1.000 Masehi.

Dokter terkenal asal Persia saat itu, Ibnu Sina, juga mengenal pala dan menyebutnya "jansi ban" atau kacang banda.

Pala yang diperdagangkan kemudian masuk ke Venesia di Italia dan berbagai belahan dunia lainnya.

Satu yang pasti, pala saat itu mempunyai harga yang mahal.

Bahkan, harga pala saat itu lebih mahal dari emas.

Sejarah pala juga begitu kelam, lantaran diperebutkan oleh Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris.

Negara-negara ini rela menjelajah dunia untuk mencari sumber pala terbaik, tak lain di Kepulauan Banda.

Pala sebagai pencegah pandemi

Salah satu faktor menarik bagi bangsa Eropa pada saat itu adalah kelangkaan.

Sebagai perbandingan masa kini, kelangkaan yang sama bisa kamu temukan pada satu kilogram kaviar beluga yang dihargai sekitar 10.000 poundsterling atau sekitar Rp 193 juta.

Selain itu, pala juga selalu dianggap lebih dari sekadar rempah perasa.

Pada awal sejarahnya, bangsa Arab juga memperjualbelikan pala sebagai pewangi, zat perangsang dan obat.

Dalam buku karya Penny Le Couteur dan Jay Burreson berjudul Napoleon’s Buttons, pala di abad-14 juga dipercaya sebagai pelindung wabah.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved