Sumber Intelijen Sebut Kim Jong Un Kritis Setelah Operasi Kardiovaskular

Ketidakhadiran Kim Jong Un memunculkan pertanyaan mengenai kondisi kesehatannya

Editor: DionDBPutra
(KCNA VIA KNS / AFP)
Foto yang dirilis kantor berita Korea Utara KCNA pada 28 Maret 2018 memperlihatkan Kim Jong Un berpose bersama istrinya Ri Sol Ju saat berkunjung ke Beijing, China. 

TRIBUN-BALI.COM, WASHINGTON DC - Amerika Serikat ( AS) memantau laporan intelijen yang menyebut kondisi Pemimpin Korea Utara ( Korut), Kim Jong Un, kritis setelah operasi kardiovaskular.

Kim menuai perhatian setelah absen dalam perayaan ulang tahun mendiang kakeknya sekaligus pendiri Korut, Kim Il Sung, pada 15 April.

Ketidakhadiran Kim Jong Un memunculkan pertanyaan mengenai kondisi kesehatannya, di mana kali terakhir dia terlihat adalah saat pertemuan para pejabat negara.

Kepada CNN Monday (20/4/2020), sumber internal AS menuturkan kondisi kesehatan Kim kredibel.

Tetapi sejauh apa parahnya tidak diketahui. Daily NK, harian berbasis di Korea Selatan yang fokus kepada Korea Utara melaporkan, Kim menjalani prosedur operasi kardiovaskular pada 12 April lalu.

Ini 4 Zodiak yang Paling Bisa Dipercaya untuk Menjaga Rahasia Terdalam Orang Lain

Ditunjuk Sebagai Ketua Komisi Sehari Jelang Hari Kartini, Diah Srikandi Sebut Hadiah Spesial

Tes Fisik Tiga Kali Setahun, Kunci Bali United Juara Liga I Indonesia 2019

Berdasarkan pemberitaan harian itu, Kim harus menjalani prosedur tersebut karena obesitas, merokok, dan bekerja secara berlebihan.

Sang pemimpin tertinggi saat ini dilaporkan menjalani perawatan di sebuah vila yang berlokasi di kawasan Hyangsan County.

Setelah dinyatakan kritis, kondisi Kim disebut mulai membaik dengan sebagian dokter yang merawatnya pulang ke Pyongyang pada 19 April 2020.

Hanya sebagian kecil tim medis yang masih ditempatkan di Hyangsan untuk memantau perkembangan kesehatan pemimpin yang berkuasa sejak 2011 itu.

Saat dikonfirmasi, baik Dewan Keamanan Nasional maupun Kantor Direktur Intelijen Nasional menolak untuk memberikan tanggapan.

Begitu juga dengan Badan intelijen Pusat (CIA), Kementerian Luar Negeri AS, maupun perwakilan dari pemerintah Korea Selatan.

Mengumpulkan informasi telik sandi dari negara komunis itu terbilang sulit, dan menjadi tantangan bagi Negeri Paman Sam.

Pyongyang secara ketat membatasi aliran informasi di lingkaran sang pemimpin, yang dianggap sebagai dewa di Korea Utara.

Absennya Kim Jong Un dari pemberitaan media resmi jelas bakal memunculkan rumor dan spekulasi mengenai kesehatan yang dialaminya.

Korut tidak punya kebebasan dalam pers, dengan seringnya terjadi jarak yang cukup besar jika menyangkut pemberitaan pemimpinnya.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved