Corona di Bali
Peternak di Karangasem Keluhkan Harga Sapi & Babi Turun Drastis Ditengah Pandemi Covid-19
Kadus Tanah Barak, Desa Seraya Timur, Kecamatan Karangasem, Made Putra mengatakan hampir semua peternak di Tanah Barak mengeluh lantaran kesulitan
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Peternak sapi di Karangasem mengeluh lantaran harga sapi menurun drastis akibat pandemi COVID -19.
Penurunan mencapai 50 persen per ekornya. Kondisi ini terjadi sejak pertengahan Bulaan Maret 2020, dan diprediksi akan terus turun mengingat kondisi belum baik.
Kadus Tanah Barak, Desa Seraya Timur, Kecamatan Karangasem, Made Putra mengatakan hampir semua peternak di Tanah Barak mengeluh lantaran kesulitan menjual ternak.
Ditambah lagi harga ternak turun. Biasanya harga sapi Rp 10 juta kini turun jadi Rp 4,5 juta setiap ekornya. Atau turun Rp 5 sampai 6 juta.
• Gelandang Bali United Taufiq Latihan Satu Jam Sebelum Buka Puasa, Malam Hari Tambah Intensitas
• Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin Dinyatakan Positif Covid-19
• Fisioterapi Bali United Sukses Turunkan Berat Badan Hingga 14 Kilogram
"Rata - rata peternak di Tanah Barak ingin jual sapi untuk memenuhi kebutuhn tiap harinya akibat COVID. Tapi saudagar sapi hanya berani beli dibawah standar, merugikan para ternak sapi,"ungkap I Made Putra sekaligus peternak sapi, Jumat (1/5/2020).
Ditambahkan, peternak sapi juga kesulitan menjual sapi. Mengingat daya beli warga alami penurunan akibat penyebaran COVID 19.
Biasanya banyak saudagar yang cari sapi hingga ke Seraya Timur.
"Selain harga ternak turun. Daya beli juga berkurang lantaran COVID-19,"imbuh Made Putra.
Tidak hanya sapi, ternak babi juga mengalami penurunan drastis beberapa bulan lalu.
Untuk babi, harga turun sejak merebak virus ASF. Tambah parah ketika masifnya penyebaran COVID.
Sekarang warga di Tanah Barak hanya mengandalkan hasil dari sektor pekebunan, serta pertanian.
"Babi sekitar Rp 1 sampai 1.2 juta. Turun drastis. Makanya warga banyak yang mengeluh. Dilema antara jual atau tidka. Kalau tak dijual mereka kesulitan memenuhi keseharian. Seandainya dijual, harganya terlalu murah,"jelas I Made Putra, pria asli Tanah Barak.
Saat ini para peternak sedang menunggu saudagar yang siap membeli ternaknya sesuai harga standar. Mengingat hampir sebagian peternak Banjar Tanah Barak ingin jual untuk kebutuhan sehari-harinya.
Sekarang warga di Tanah Barak hanya andalkan hasil pertanian. Seperti jagung serta umbi-umbian.(*)