Virus Corona
Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin Dinyatakan Positif Covid-19
Mishustin menyebut bahwa selama ia dikarantina Wakil Perdana Menteri Pertama Andrei Belousov menggantikannya.
TRIBUN-BALI.COM - Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin harus dibawa ke rumah sakit. Mishutin dinyatakan terinfeksi virus korona.
Hasil tes perdana menteri Rusia ini menunjukkan positif corona atau Covid-19.
"Saya baru mengetahui, tes virus corona saya hasilnya positif," kata Perdana Menteri Mishustin selama panggilan video, disiarkan dari BBC, Jumat (1/5/2020).
Dalam siaran yang sama, Mishustin menyebut bahwa selama ia dikarantina Wakil Perdana Menteri Pertama Andrei Belousov menggantikannya.
• Desa Adat Dalung Badung Larang Krama Terima Tamu dari Luar Wilayah, Kalau Dilanggar Harus Karantina
• Koster Minta TNI & Polri Lakukan Pengawasan Ketat 24 Jam Penuh di Desa Abuan Bangli
• Kebutuhan Pangan Warga Lingkungan Padang Kerta Karangasem yang Isolasi Ditanggung Pemerintah Daerah
“Presiden Putin setuju itu,” ujar dia Mishustin sekarang melakukan karantina diri.
Mishustin juga bercerita, Presiden Putin mengatakan bahwa apa yang terjadi pad Mishutisn bisa terjadi pada siapa saja.
"Kata Presiden Putin, saya orang yang sangat aktif. Presiden juga mengucapkan terima kasih atas pekerjaan yang telah dilakukan sejauh ini," lanjut Mishustin.
Bersamaan dengan keluarnya hasil tes Mishustin, Rusia mencatat rekor 7.099 kasus infeksi corona (Covid-19) per hari.
Alhasil ini membuat jumlah total infeksi corona mencapai 106.498.
Meski meningkat tajam, markas penanganan virus korona di Moskow mengatakan 1.073 orang di Rusia meninggal karena virus corona, jumlah yang relatif rendah untuk ukuran Rusia.
Juru Bicara Kepresidenan Dmitry Peskov mengatakan reaksi Rusia terhadap pandemi ini memungkinkan negaranya menghindari cara Italia dalam penanganan corona.
Hanya, Presiden Putin memperingatkan pekan ini bahwa Rusia tidak memiliki peralatan pelindung yang cukup untuk petugas kesehatan dan petugas medis dalam menghadapi pandemi corona.
Wali Kota Moskow, Sergei Sobyani percaya banyak dari mereka yang tinggal di ibu kota Rusia tidak menyadari betapa serius situasinya.(*)