Peternak di Bangli Keluhkan Anjloknya Harga Babi Potong Dimasa Pandemi Covid-19
Awalnya ia biasa menjual ternak babi dengan harga standar di Rp 24.000 hingga Rp 25.000 per kilogram.
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Wema Satya Dinata
Ia pun berharap pihak bank bisa memberikan kelonggaran dalam pembayaran bunga KUR tersebut di tengah situasi yang dialaminya itu.
Tak hanya babi, Ketut juga turut merasakan penurunan harga jual sapi potong di tengah pandemi Covid-19.
Dirinya mengaku sudah menggantungkan hidupnya dari ternak sapi sebelum mencoba memelihara babi.
Saat ini dirinya mempunyai sebanyak enam ekor sapi yang sedang dipelihara.
"Semenjak Covid-19, dua bulan terakhir, harga sapi mengalami penurunan. Sebelum itu harga masih normal," tuturnya.
Ketut yang juga berprofesi sebagai pembeli dan penjual sapi ini mengatakan, rata-rata harga sapi di pasaran bisa mencapai Rp 39.000 sampai Rp 40.000 per kilogramnya.
Namun kini harganya juga sudah menurun dan hanya berada di angka Rp 38 ribu per kilogramnya.
"Sudah turun rata-rata Rp 2000 per kilo, kalau berat rapinya 400-an kilogram keatas sudah ratusan ribu ruginya," kata dia.
Kepala Dusun (Kadus) Langkan I Nengah Berata membenarkan bahwa para peternak di wilayahnya mengalami kerugian, baik itu yang memelihara sapi maupun babi.
"Peternak babi dan sapi di banjar kami merugi sampai puluhan juta per bulan," tuturnya.
Menurutnya, kerugian ini memang dipicu oleh anjloknya harga jual ternak babi dan sapi potong.
Selain karena anjloknya harga, peternak juga turut mengalami kesulitan ketika akan menjual ternaknya serta adanya harga pakan yang masih tinggi.
Pihaknya pun sangat berharap kepada pemerintah khususnya dinas yang menaungi peternakan untuk memperhatikan para peternak hingga proses pemasarannya.
Dikonfirmasi mengenai hal tersebut, Pelaksanaan Tugas (Plt) Kepala Bidang Peternakan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Made Sukreni mengatakan, murahnya harga jual babi dikarenakan masyarakat tidak mengonsumsi daging babi sebanyak dahulu.
Hal itu disebabkan karena dua hal, pertama karena babi di Bali diduga terkena penyakit African Swine Fever.