Peternak di Bangli Keluhkan Anjloknya Harga Babi Potong Dimasa Pandemi Covid-19

Awalnya ia biasa menjual ternak babi dengan harga standar di Rp 24.000 hingga Rp 25.000 per kilogram.

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Wema Satya Dinata
Istimewa
Salah satu peternak di Dusun Langkan, Desa Landih, Bangli, I Ketut Beles memotong daging babi di rumahnya, Senin (11/5/2020) siang. Daging babi tersebut terpaksa dipotong dan dijual kepada kerabat sekitar dikarenakan harganya yang anjlok dan sulit dalam melakukan pemasaran. 

Kedua kedua karena adanya Pandemi Covid-19, daya beli masyarakat juga menurun.

Sukreni tidak menampik bahwa ditengah rendahnya harga babi banyak peternak yang menjual ternaknya melalui sistem mepatung seperti menjelang  Hari Raya Galungan.

"Salah satu upayanya seperti itu," kata Sukreni saat dihubungi Tribun Bali melalui sambungan telepon.

Di tengah situasi sulit ini, pihaknya juga menyarankan kepada peternak agar mengolah daging babinya untuk menjadi beberapa produk seperti krupuk, sosis dan segala macamnya sehingga nilai jualnya bisa lebih tinggi.

Di sisi lain pihaknya juga menyarankan agar peternak melakukan pemasaran melalui daring atau online sehingga daya jualnya bisa lebih luas.

Sukreni mengatakan, jika melihat harga daging babi di pasaran sebenarnya tidak terlalu murah jika dibandingkan dengan di tingkat petani.

 Sampai saat ini, kata dia, harga daging babi di pasaran masih berada di Rp 55.000 per kilogram dan biasanya berada di Rp 60.000 per kilogram.

"Itu karena pengepul yang melakukan potong sendiri dan dijual sehingga untungnya masih lumayan," kata dia. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved