Beberapa Hari Terakhir Kerap Gempa, Begini Tanggapan Pihak BMKG Wilayah III Denpasar

Beberapa hari terakhir, gempa bumi tektonik tercatat mengguncang sejumlah tempat di Indonesia, tak terkecuali di Bali.

Penulis: Ni Kadek Rika Riyanti | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Pixabay
Ilustrasi gempa bumi. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Kadek Rika Riyanti

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Beberapa hari terakhir, gempa bumi tektonik tercatat mengguncang sejumlah tempat di Indonesia, tak terkecuali di Bali.

Berdasarkan data yang diterima Tribun Bali melalui Balai Besar BMKG Wilayah III Denpasar, tercatat sebanyak 176 gempa bumi terjadi pada awal Mei atau sampai hari ini, Selasa (12/5/2020), untuk wilayah regional III (Bali-Nusa Tenggara).

Spekulasi mulai bermunculan terkait seringnya gempa bumi yang terjadi belakangan ini, seperti dikait-kaitkan dengan adanya fenomena lain yang akan terjadi.

“Kemarin beberapa kali gempa bumi terjadi bukan hanya di Bali dan Lombok, melainkan pula di daerah Papua, Palu, Maluku, dan kekuatannya pun tidak besar, hanya berkisar 3 sampai dengan 5 Skala Richter (SR),” ujar Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar BMKG Wilayah III Denpasar, Iman Fatchurochman saat dimintai keterangan melalui telepon, Selasa (12/5/2020).

Tanpa Penonton, Liga Inggris Resmi Dimulai Lagi Juni 2020

Sebagian Hasil Curian Dihabiskan untuk Sewa PSK, Mulyono Dituntut Dua Tahun Penjara

Rawan Tindak Kriminal, Brimob Polda Bali Sarankan Toko Perhiasan di Denpasar Tingkatkan Kewaspadaan

Iman menjelaskan, tahun 2020 ini sensor gempa atau yang disebut seismometer di Indonesia sudah meningkat dari sebelumnya, yang awalnya hanya 176 sensor, sekarang bertambah menjadi 376 di Indonesia dan 143 sensor luar negeri.

Dengan bertambahnya jumlah sensor ini, imbuh Iman, akan lebih banyak menyaring gempa-gempa kecil yang dulu tidak dapat dideteksi oleh sensor yang lebih sedikit, karena sekarang sensor ini sudah meliputi hampir semua sumber gempa di Indonesia.

“Nah, dengan adanya penambahan sensor gempa ini, kemampuan untuk mendeteksi gempa lebih tinggi lagi karena jejaringnya sudah mulai rapat. Jadi seolah-olah jumlah gempa meningkat dan dikait-kaitkan dengan fenomena lain,” ungkap Iman.

Singkatnya, simpul Iman, lebih banyak gempa berskala kecil atau dibawah 3 SR yang dapat dianalisis dan lebih akurat.

Iman juga mengaku, penambahan sensor ini dilakukan tahun 2019 kemarin, agar lebih banyak gempa berskala kecil atau dibawah 3 SR yang dapat dianalisis dan lebih akurat.

“Contohnya saja di Bali, tahun-tahun sebelumnya dalam setiap bulan sekitar 300-an gempa yang bisa terdeteksi, sekarang sudah sampai 500an gempa terdeteksi karena adanya penambahan sensor,” tandas Iman.(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved