Fakta Baru, Penasihat Medis China Sebut Wuhan Tidak Jujur soal Virus Corona

Padahal selama beberapa pekan sejak kasus pertama terdeteksi Desember 2019, pemerintah Wuhan menegaskan virus itu tidak menular.

Editor: DionDBPutra
Pixabay
Ilustrasi 

TRIBUN-BALI.COM, BEIJING - Otoritas Wuhan tak jujur ketika virus corona pertama kali merebak di wilayah mereka.

Hal ini disampaikan penasihat medis China. Dr Zhong Nanshan. Pejabat top Negeri Panda untuk urusan penyakit pernapasan ini mengatakan dalam wawancara eklusif dengan CNN.

Di China, Zhong dikenal sebagai "pahlawan SARS" karena memimpin tim medis dalam memerangi wabah Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) pada 2003.

Karena itu, ketika ada virus corona (virus yang sama pada SARS) yang tak diketahui jenisnya menghantam Wuhan, dia pergi menyelidikinya.

Pada 20 Januari dikutip CCTV, adalah Dr Zhong Nanshan yang mengumumkan bahwa patogen itu bisa menular dari manusia ke manusia.

Padahal selama beberapa pekan sejak kasus pertama terdeteksi Desember 2019, pemerintah Wuhan menegaskan virus itu tidak menular.

Malah, seperti dilansir pada Minggu (17/5/2020), otoritas ibu kota Provinsi Hubei itu mengklaim wabah tersebut "bisa dicegah dan terkendali".

Namun, Beijing memutuskan menerjunkan tim pakar dari Komisi Kesehatan Nasional (NHC), dengan Zhong salah satunya, guna menyelidikinya.

Saat berkunjung pada 18 Januari, Dr Zhong mengatakan dia menerima telepon dari kolega maupun mantan mahasiswanya, memperingtkan situasinya lebih buruk dari yang dia dengar.

"Pemerintah lokal, mereka tidak jujur saat itu. Awalnya mereka tetap bungkam, hingga saya berujar mungkin jumlah yang terinfeksi jauh lebih besar," paparnya.

Dr Zhong Nanshan menceritakan, dia mulai curiga karena selama 10 hari, angka warga yang terpapar Covid-19 terus berada di level 41. Dia mengaku tidak percaya dengan hasil tersebut.

Jadi, dia terus menerus meminta otoritas lokal agar memberikan data yang sebenarnya. "Saya berasumsi awalnya mereka menolak untuk menjawab pertanyaan saya," jelasnya.
Perjuangannya mendapatkan data berbuah dua hari kemudian. Pada 20 Januari 2020 ketika sudah berada di Beijing, dia akhirnya mendapat pemberitahuan bahwa kasus infeksi mencapai 198, tiga orang meninggal, dan 13 tim medis tertular.

Saat menggelar rapat dengan pemerintah pusat, termasuk dihadiri juga oleh Perdana Menteri Li Keqiang, dia mengusulkan agar Wuhan ditutu. Usul itu disetujui.

Pada 23 Januari, Beijing memutuskan untuk menerapkan lockdown, dengan layanan transportasi dibekukan dan warga dilarang keluar rumah.

Kemudian pada April, ibu kota Hubei itu dicabut karantina wilayahnya, di mana warga menikmati "kebebasan" mereka setelah 76 hari.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved