Burung Ini Terbang Sejauh 12.000 Kilometer Melintasi 16 Negara Dalam Waktu Dua Pekan
Dengan menggunakan satelit, para ilmuwan memantau perjalanan sang burung sejauh 12.000 km dari Afrika bagian selatan ke tempat
TRIBUN-BALI.COM- Seekor burung baru saja mencatat salah satu perjalanan terjauh yang pernah dilakukan unggas di dunia.
Burung tersebut diketahui melintasi 16 negara dengan menyeberangi laut dan menantang angin kencang.
Dengan menggunakan satelit, para ilmuwan memantau perjalanan sang burung sejauh 12.000 km dari Afrika bagian selatan ke tempat pengembangbiakannya di Mongolia.
Para ilmuwan menyebutnya sebagai "perjalanan yang sangat panjang". Burung Cuckoo (Cuculus canorus), yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai kangkok Erasia. Burung ini dinamai Onon, seperti sebuah sungai di Mongolia.
Sang unggas berangkat dari rumah musim dinginnya di Zambia pada 20 Maret 2020. Dengan kecepatan rata-rata 60 km per jam, dia terbang melintasi ribuan kilometer Samudra Hindia tanpa henti dan negara-negara seperti Kenya, Arab Saudi, dan Bangladesh.
• Kemendikbud: Tahun Ajaran Baru 2020/2021 Dimulai 13 Juli 2020, Tepis Adanya Permintaan Pengunduran
• Ramalan Zodiak Besok 29 Mei 2020, Cancer Cukup Diperhitungkan, Scorpio Hati-Hati Membuat Keputusan
• Zaskia Sungkar Pakai Baju Lebaran dengan Daleman Daster
Onon adalah satu dari lima burung kangkok yang dipantau menggunakan satelit di Mongolia musim panas lalu untuk Proyek Cuckoo Mongolia - kerja sama ilmuwan lokal dan British Trust for Ornithology (BTO) untuk memantau migrasi jarak jauh burung.
Dari lima burung yang ditandai, Onon adalah satu-satunya yang tercatat menyelesaikan perjalanan pulang yang menakjubkan.
Burung kangkok lain yang ditandai, bernama Bayan, menghabiskan sebagian musim dingin di sebelah Gunung Kilimanjaro di Afrika Timur, mencapai Yunnan di Cina - tetapi kemudian diyakini mati karena kelelahan atau diburu untuk dimakan.
Burung itu terbang 10.000 km hanya dalam dua minggu, membuat para ilmuwan yakin burung itu sangat lapar dan lelah.
Mungkin hal itu membuatnya tidak cukup waspada untuk menghindari bahaya.
Dr Chris Hewson dari BTO mengatakan proyek pemantauan dengan satelit telah mengungkapkan banyak hal tentang migrasi jarak jauh burung.
"Saya pikir hal terpenting yang dapat dipelajari adalah burung-burung dapat melakukan perjalanan sejauh ini dan seringkali dengan sangat cepat sehingga mereka perlu menemukan kondisi yang cocok untuk penggemukan..."
"Mereka juga tahu persis ke mana harus pergi untuk mendapatkan kondisi angin yang baik untuk membantu mereka, misalnya, untuk menyeberangi Samudra Hindia," katanya.
"Jadi upaya untuk migrasi jelas tidak sebesar yang kami kira di masa lalu."
Tetapi bahaya bagi burung-burung yang bermigrasi ini selalu ada, mulai dari pemangsa, termasuk pemburu liar, badai hingga kelaparan.