10 Maskapai Penerbangan Ini Paling Terpukul karena Pandemi Covid-19
Ancaman kebangkrutan telah menghantam industri penerbangan dunia karena banyak maskapai yang menangguhkan seluruh rute perjalanannya
TRIBUN-BALI.COM- Ancaman kebangkrutan telah menghantam industri penerbangan dunia karena banyak maskapai yang menangguhkan seluruh rute perjalanannya dan meng-grounded sebagian besar armadanya.
Ini terjadi karena pemberlakuan larangan perjalanan yang diterapkan di seluruh dunia.
Dari maskapai Amerika Serikat (AS) ke Amerika Latin, hingga dari Eropa ke Australia, industri penerbangan merupakan salah satu sektor ekonomi pertama yang paling terdampak pandemi virus corona atau Covid-19.
Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (29/5/2020), menurut Asosiasi Transportasi Udara Internasional, utang industri ini pun diperkirakan akan mengalami peningkatan menjadi 550 miliar dolar AS pada akhir tahun ini.
Pemerintah di banyak negara memang telah menyediakan setidaknya 123 miliar dolar AS untuk menangani dampak yang dihadapi maskapai penerbangan dunia dan mencegah perusahaan dari kebangkrutan.
Namun di antaranya ternyata masih belum bisa selamat dari krisis ini.
Berikut daftar 10 maskapai penerbangan global yang 'bangkrut' karena pandemi virus corona.
1. LATAM Airlines
Operator terbesar Amerika Latin dan beberapa afiliasinya ini telah mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11, yakni meminta restrukturisasi yang diawasi pengadilan dan mencari investor baru, daripada menjual asetnya di AS pada Selasa lalu.
Pengajuan ini terutama mencakup bisnisnya yang ada di Chili, Ekuador, Kolombia, Peru dan AS, namun tidak untuk afiliasinya di Argentina, Brasil, dan Paraguay.
Maskapai yang berbasis di Chili ini mengalami penurunan drastis yakni sebesar 95 persen dalam layanan penumpangnya.
Selain itu, LATAM Airlines juga kehilangan sebagian besar pendapatan operasinya karena pandemi.
Kendati demikian, operator maskapai itu mengatakan bahwa perusahaan akan tetap mengoperasikan penerbangan penumpang dan kargo selama reorganisasi.
LATAM membukukan utang 7,6 miliar dolar AS, termasuk 460 juta dolar AS yang terutang oleh anak perusahaan Brasil.
Maskapai ini bahkan telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada 1.800 dari total 40.000 karyawannya menjelang pengajuan perlindungan kebangkrutan itu.