Keamanan AS Tak Stabil Pasca Tewasnya George Floyd, Susilo Bambang Yudhoyono: Are You Ok Amerika?

Pasalnya, Amerika yang diketahui merupakan negara adi daya itu bisa kembali terbelakang terhadap isu rasisme.

Editor: Wema Satya Dinata
Antara
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 

TRIBUN-BALI.COM - 'Ada kobaran api di Amerika. Ada kerusuhan dan penjarahan di banyak kota.

Suasananya seperti 'perang'.

Puluhan ribu tentara yang ada di wilayah (national guard) sudah dikerahkan dan diterjunkan.

Ribuan pengunjuk rasa dan perusuh ditahan.

Banyak pula kota yang memberlakukan jam malam.

Dunia tercengang'.

Kalimat tersebut dituliskan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menggambarkan kelamnya wajah Amerika Serikat sekarang.

Permintaan Menurun Akibat Industri Pariwisata Terhenti, Mei 2020 Bali Mengalami Deflasi 0,11 Persen

Ikut Perangi Pandemi Covid-19, KPU Denpasar Bagikan Paket Sembako Kepada Masyarakat Terdampak

Pasca 4 Warga Meninggal Beruntun dalam Waktu Berdekatan, Krama Sakah Gianyar Gelar Guru Piduka

Pasca tewasnya George Floyd - seorang warga Minnesota berdarah Afrika-Amerika Serikat yang tewas karena mengalami kekerasan oleh pihak Kepolisian Minnesota, aksi unjuk rasa hingga kerusuhan terjadi di banyak negara bagian Amerika Serikat.

Beragam pihak diungkapkan SBY mempertanyakan hal tersebut.

Pasalnya, Amerika yang diketahui merupakan negara adi daya itu bisa kembali terbelakang terhadap isu rasisme.

Sikap yang telah dihapuskan sejak Gerakan Hak-Hak Sipil Afrika-Amerika dikobarkan pada era tahun 1955 hingga tahun 1968 siam.

"Apa yang sesungguhnya terjadi? Mengapa Amerika jadi begitu? Inilah pertanyaan yang muncul di banyak negara," ungkap SBY dalam siaran tertulis pada Rabu (3/6/2020).

"Ternyata masyarakat internasional bukan hanya tercengang. Muncul pula protes-protes yang menunjukkan solidaritasnya dengan komunitas kulit hitam Amerika itu," tambahnya.

SBY memaparkan, aksi unjuk rasa tidak hanya sebatas negara bagian di Amerika Serikat, tetapi juga meluas hingga seluruh belahan dunia layaknya virus corona.

Tercatat, setidaknya kerusuhan diungkapkan SBY terjadi di 14 kota besar dunia, antara lain London, Paris, Berlin, Copenhagen, Milan, Dublin, Krakow, Perth, Sydney, Auckland, Christchurch, Vancouver, Toronto, dan Rio de Janeiro.

Sumber: Warta Kota
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved