Corona di Bali

Pemohon Rapid Test di RSPTN Unud Kabur Setelah Hasilnya Reaktif, Dilaporkan ke Polresta Denpasar

Kami sudah lapor ke Satgas penanganan Covid-19 Badung karena yang bersangkutan keluar RS tanpa bilang apa-apa (melarikan diri).

Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Eviera Paramita Sandi
Shutterstock/Kompas.com
(Ilustrasi) alat rapid test yang digunakan sebagai alat deteksi virus corona, tes covid-19, tes corona. 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Seorang warga asal Lampung melakukan rapid test Covid-19 di RSPTN Universitas Udayana Bali kemudian hasil tesnya reaktif.

Namun demikian, ia malah menolak untuk dilakukan rawat inap hingga pergi begitu saja tanpa sepengetahuan perawat yang bertugas saat itu.

“Iya benar. Yang bersangkutan minta periksa dan minta rapid suaminya hasilnya negatif, istrinya reaktif.

Penularan Virus Corona di Denpasar Karena Transmisi Lokal Meningkat, Ini Beberapa Kasusnya

Suaminya tidak terima dan mengajak istri pulang dan tidak bisa dikontak lagi,” jelas Dirut RS PTN Unud, Dr. dr Dewa Putu Gede Purwa Samatra, Rabu (3/6/2020) saat dikonfirmasi tribun-bali.com.

Dan sesuai protokol kesehatan setelah diketahui rapid tes reaktif maka pasien semestinya diisolasi di UGD terlebih dahulu dan di edukasi untuk dirawat dan menjalani test swab.

Kami sudah lapor ke Satgas penanganan Covid-19 Badung karena yang bersangkutan keluar RS tanpa bilang apa-apa (melarikan diri).

dr. Gede Purwa menambahkan kejadian tersebut terjadi pada hari Senin 1 Juni 2020 sekitar pukul 12.30 Wita.

Dari data keduanya mereka berasal dari Lampung dan mungkin mau pulang dan saat dilakukan pemeriksaan tidak ada keluhan.

Sementara itu Kapolsek Kuta Selatan AKP Yusak Agustinus Sooai dikonfirmasi terpisah juga membenarkan kejadian itu.

“Iya benar ada. Dilaporkan di Polresta Denpasar,” jawabnya.

Update Covid-19 di Bali

Kota Denpasar kini menjadi wilayah dengan sebaran kasus terkonfirmasi positif Covid-19 terbanyak di Bali.

Berdasarkan data yang diakses pada Rabu (3/6/2020) pagi dari laman pendataan.baliprov.go.id/, jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Denpasar sebanyak 99 kasus.

Jumlah kasus positif di Kota Denpasar melampaui jumlah kasus positif di Kabupaten Bangli yang beberapa hari terakhir menjadi wilayah dengan sebaran kasus positif Covid-19 terbanyak di Bali.

Adapun jumlah kasus terkonfirmasi positif di Kabupaten Bangli berdasarkan data per Selasa (2/6/2020) yaitu sebanyak 96 kasus.

Urutan berikutnya disusul oleh Kabupaten Buleleng (91 kasus), Badung (55 kasus), Gianyar (34 kasus), Karangasem (31 kasus), Klungkung (27 kasus), Tabanan (20 kasus), dan Jembrana (17 kasus).

Diberitakan sebelumnya, empat dokter dalam satu keluarga di Kelurahan Sumerta, Denpasar Timur dinyatakan positif Covid-19.

Kasus ini berawal dari seorang dokter (perempuan 29 tahun) yang bertugas di RSUP Sanglah. Dokter tersebut dinyatakan positif virus corona setelah melakukan tes.

Berdasarkan hasil pelacakan kontak, swab kemudian dilakukan terhadap tiga keluarganya yaitu suami, mertua, dan ipar.

Ketiganya juga berprofesi sebagai dokter yakni dokter spesialis dan dokter umum. Mereka tertular akibat transmisi lokal.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Denpasar, I Dewa Gede Rai mengatakan ketiganya telah dirawat di RSPTN Unud.

Suami berusia 31 tahun, ipar laki-laki berusia 35 tahun dan mertua perempuan berusia 68 tahun.

"Langsung dilakukan swab kepada semua anggota keluarganya dalam satu rumah dan hasilnya keluar. Tiga orang positif," kata Gede Rai, Selasa (2/6/2020).

Sementara itu, jumlah kumulatif pasien positif Covid-19 di Bali per Selasa (2/6/2020) kemarin sebanyak 487 orang (bertambah 5 orang WNI, terdiri dari 1 orang imported case, dan 4 orang transmisi lokal).

Jumlah pasien Covid-19 di Bali yang telah sembuh juga bertambah sebanyak 8 orang, sehingga secara kumulatif menjadi 342 orang. 

Sedangkan jumlah pasien yang meninggal masih tetap dengan hari sebelumnya, yaitu sejumlah 5 orang.

Hingga Selasa kemarin, jumlah pasien positif dalam perawatan (kasus aktif) sebanyak 140 orang yang berada di 8 rumah sakit dan dikarantina di Bapelkesmas, UPT RS Nyitdah dan BPK Pering.

Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Bali, Dewa Made Indra menyebut jumlah angka positif di Bali sebagian besar masih didominasi oleh imported case.

Sedangkan untuk transmisi lokal kumulatif sejumlah 217 Orang. 

"Untuk itu, sekali lagi, dalam menekan kasus transmisi lokal maka masyarakat harus sadar dan disiplin dalam melakukan upaya pencegahan virus ini," kata Dewa Made Indra dalam keterangan tertulisnya, Selasa (2/6/2020).

Perkembangan Covid-19 di Indonesia

Di tingkat nasional, Gugus Tugas Nasional mencatat penambahan kasus baru di Indonesia sebanyak 609 kasus, sehingga per Selasa (2/6/2020) total kasus positif sebanyak 27.549 kasus.

Kemudian jumlah pasien sembuh juga dilaporkan meningkat 298 orang sehingga total mencapai 7.935.

Jumlah kasus tersebut tersebar di 417 kabupaten dan kota di 34 provinsi.

Sedangkan kasus meninggal, pemerintah mencatat total kematian telah berjumlah 1.663 orang. 

Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan bahwa penambahan jumlah ini tidak merupakan gambaran total keseluruhan yang menggambarkan kondisi di Tanah Air.

Meskipun di beberapa provinsi, kenaikan kasus terjadi. 

“Kita melihat di Provinsi Jawa Timur, hari ini 213 kasus. Ini meningkat dibanding hari kemarin (1/6/2020). Kemudian Provinsi Papua, juga meningkat 94 kasus dibanding hari kemarin.  Provinsi DKI 60 kasus, ini kalau dibanding hari kemarin terjadi penurunan,” ucap Yurianto dalam konferensi pers di Jakarta pada Selasa (2/6/2020).

Yurianto menambahkan, memang ada kasus baru di Sulawesi Selatan sejumlah 44 kasus. Namun, dibandingkan sehari sebelumnya jumlah tersebut penurunan.

Hal yang sama juga terjadi Sumatera Selatan dengan 24 kasus baru. 

Yurianto merinci, per Selasa kemarin ada 4 provinsi yang melaporkan satu kasus positif, yakni Provinsi Bengkulu, Kalimantan Timur, Sumatera Utara dan Lampung.

Adapun sebanyak 11 provinsi yang melaporkan tidak ada penambahan kasus, yaitu Aceh, DI Yogyakarta, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Riau, Maluku dan NTT. 

Sementara itu, Gugus Tugas Nasional juga meluruskan bahwa tidak ada rencana untuk menerapkan konsep herd immunity. 

Sebelumnya beredar luas di jejaring sosial wacana herd immunity di masa pandemi, melalui pemulihan aktivitas masyarakat yang produktif dan aman Covid. 

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Nasional Prof Wik Adisasmito menjelaskan bahwa istilah herd immunity bermakna kekebalan dalam suatu kelompok atau kawanan.

Dari satu orang yang terinfeksi, menjadi dua, tiga, empat orang, hingga mayoritas atau bahkan seluruh anggota kelompok tersebut memiliki imunitas.

Itulah herd immunity.

Dilansir dari laman resmi Gugus Tugas, herd immunity membutuhkan minimal 70% dari populasi untuk terinfeksi, dan akhirnya kebal terhadap virus tersebut.

Prof Wiku mengatakan bahwa herd immunity tidak mungkin terjadi dalam konteks Indonesia. Terlebih lagi Indonesia merupakan negara dengan populasi yang besar.

“Jadi kalau kita bicara herd immunity, seandainya sampai terjadi, mari kita berpikir logika gimana caranya ya antar pulau saling bisa menulari kalau mobilitas antar pulaunya tidak tinggi, lalu interaksinya juga tidak tinggi,” ujar Prof Wiku saat berdialog di Media Center Gugus Tugas, Jakarta pada Selasa (2/6/2020). (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved