Waspada, Selain Covid-19 Ada Ancaman DBD, Dalam 5 Bulan 154 Kasus di Jembrana
Dinas Kesehatan Jembrana, Minggu (7/6/2020) merilis, hingga Mei 2020 lalu, selama lima bulan, ada 154 kasus DBD di Jembrana.
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) masih terus menghantui keselamatan warga di Jembrana, Bali di tengah adanya pandemi Covid-19.
Dinas Kesehatan Jembrana, Minggu (7/6/2020) merilis, hingga Mei 2020 lalu, selama lima bulan, ada 154 kasus DBD di Jembrana.
Dari 154 kasus itu, terinci pada Januari 22 kasus, Februari 18 kasus, Maret 40 kasus, April 39 kasus dan Mei 35 kasus.
Kasus DBD yang muncul di Bulan Juni, ada sejumlah warga Tegal Badeng Timur dan Cupel terjangkit.
Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit pada Dinas Kesehatan Jembrana, dr I Gusti Agung Putu Arisantha menyebutkan, kasus DBD memang tinggi karena musim hujan.
Ke-154 kasus itu tersebar di lima kecamatan.
Pihaknya sudah berusaha maksimal melakukan penanganan di tengah merebaknya Virus Corona.
"Kasusnya menyebar di semua kecamatan dan tidak hanya wilayah pesisir saja. Terbanyak di Kecamatan Negara, disusul Pekutatan, Melaya, Mendoyo dan terakhir Jembrana," ucapnya, Minggu (7/6/2020).
Arisantha menjelaskan, di beberapa wilayah kota juga sempat ada kasus DBD.
Dimana untuk penanganan, setiap ada kasus, langsung melakukan fogging.
Namun yang paling penting, pihaknya memberikan edukasi kepada masyarakat untuk rutin melakukan 3 M plus sebagai langkah pencegahan utama.
Yakni menguras atau membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air.
Kemudian menutup rapat tempat penampungan air, dan mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
"Kami berharap kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya dengan memperhatikan jentik nyamuk. Sehingga pemberantasan jentik nyamuk secara gotong royong bisa meminimalisir kasus DBD," jelasnya.
Data sebelumnya, pada Maret 2020 terjadi 37 kasus DBD, tersebar di beberapa desa di Jembrana.
Bahkan, di Maret pula, kasus gigitan nyamuk sampai membuat dua bocah meninggal saat dirujuk ke RSUP Sanglah.
Serangan DBD terdeteksi di hampir 12 desa/ kelurahan.
Desa pertama yakni Banyubiru 3 kasus, Kelurahan BB Agung 2 kasus, Pengambengan 6 kasus, Tegalcangkring 1 kasus, Candikusuma 2 kasus, Warnasari 2 kasus, Kelurahan Pendem 1 kasus, Desa Tuwed 1 kasus, Desa Pekutatan 2 kasus, Kaliakah 1 kasus, Baluk 1 kasus dan Kelurahan Banjar Tengah 1 kasus.
Kemudian 15 kasus data pihak Dinkes Jembrana tersebar hampir di semua kecamatan meski tidak dirinci di desa mana saja.
Untuk kasus dua orang bocah meninggal dunia ialah Rofi Rahman (9), siswa kelas III SD warga Banjar Pangkung Buluh Desa Kaliakah Kecamatan Negara.
Dan Mohammad Nazar Romadan (11), warga Banjar Baluk Satu Desa Baluk Kecamatan Negara.
Daerah Serangan DBD
1. Desa Banyubiru
2. Kelurahan BB Agung
3. Kelurahan Pengambengan
4. Kelurahan Tegalcangkring
5. Kelurahan Candikusuma
6. Kelurahan Warnasari
7. Kelurahan Pendem
8. Desa Tuwed
9. Desa Pekutatan
10. Desa Kaliakah
11. Desa Baluk
12. Kelurahan Banjar Tengah
Mengenal Kembali Demam Berdarah
‘Nyamuk DBD’, dilansir dari buku Demam Berdarah (2007) karya dr. Genis Ginanjar, punya tampilan fisik unik, seperti berukuran 3-4 centimeter (belum termasuk kaki), tubuh berwarna cokelat kehitaman dengan bagian tubuh dan tungkai tertutup sisik bergaris putih keperakan.
Penyakit DBD (demam berdarah) ini hanya bisa ditularkan oleh nyamuk betina. Tidak seperti nyamuk lain yang suka hidup di genangan air kotor, nyamuk Aedes Aegypti ini bersarang dan berkembang biak di genangan air bersih seperti bak mandi, talang air, tempat minum binatang peliharaaan, tempat penampungan air, genangan air pada barang-barang bekas, hingga baki penampung air pada dispenser dan kulkas!
Dalam sekali bertelur, nyamuk betina Aedes Aegypti mampu menghasilkan rata-rata 100 butir yang nantinya akan menetas dalam waktu satu sampai dua hari, hingga akhirnya menjadi dewasa setelah 7-8 hari.
Maka dari itu, jika tak dicegah, bisa dibayangkan berapa banyak nyamuk Aedes Aegypti yang akan mengancam dan menyebabkan kita terkena penyakit DBD?
Apalagi penyakit ini bisa dibilang berbahaya dan bisa mematikan. Buktinya per tanggal 21 April 2020 saja, menurut Direktur Penyakit Tular Vektor Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, kasus DBD di Indonesia mencapai 45.266 kasus dengan angkat kematian mencapai 297 orang.
Cegah Sebelum Mengobati
Sebagai langkah pencegahan, menurut anjuran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar rumah kembali aman dari bahaya nyamuk Aedes Aegypti yang menyebabkan penyakit DBD ini.
Langkah-langkah itu adalah melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) lewat cara 3M Plus, seperti:
Menguras
Bersihkan atau kuras air yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan dispenser, penampungan air kulkas, vas bunga, dan lain-lain secara rutin agar telur-telur dari nyamuk Aedes Aegypti menghilang.
Menutup
Tutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air yang ada di dalam rumah dan di sekitar lingkungan rumah. Tempat-tempat itu diantaranya drum, kendi, toren air, dan lain-lain.
Hal ini dilakukan untuk menutup kemungkinan nyamuk Aedes Aegypti bersarang dan bertelur di penampungan air yang ada di rumah kita.
Memanfaatkan Kembali Atau Mendaur Ulang Barang Bekas
Barang-barang bekas yang ada di gudang atau di sekitar rumah memiliki potensi yang sangat besar menjadi tempat nyamuk Aedes Aegypti untuk bersarang dan berkembang biak.
Maka dari itu manfaatkan kembali atau daur ulang barang-barang bekas yang ada di rumah sehingga tak tergeletak begitu saja.
Namun jika barang-barang tersebut sudah tak bisa dimanfaatkan atau dipakai kembali, opsi membuangnya jadi pilihan terbaik agar tak menjadi sarang nyamuk Aedes Aegypti di rumah.
Selain melakukan langkah 3M di atas, ada langkah Plus yang juga harus dilakukan agar pencegahan nyamuk Aedes Aegypti yang menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue semakin berkurang ancamannya. Hal itu diantaranya:
1. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan seperti toren air, gentong/tempayan penampung air hujan, dan lain-lain.
2. Menggunakan kelambu saat tidur.
3. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk pada tempat penampungan air, misalnya pada bak kamar mandi.
4. Menanam tanaman pengusir nyamuk di sekitar rumah. Tanaman itu antara lain serai wangi, lemon balm, lavender, catnip, bawang putih, geranium, kemangi, peppermint, rosemary, pennyroyal, dan marigold.
5. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah, karena nyamuk sangat suka bersembunyi di tempat-tempat seperti ini.
6. Menggunakan anti nyamuk bakar, semprot, atau oles
Anda dan keluarga pun bisa terbebas dari ancaman penyakit DBD yang mematikan di tengah pandemi COVID-19 ini.