Sosiolog Unud Jelaskan Fenomena Maraknya Hobi Masyarakat Bersepeda Akhir-akhir Ini
Beberapa pekan terakhir marak aktivitas pesepeda di jalanan, meskipun masa pandemi Covid-19 ini belum berakhir. Ini penjelasan dari Sosiolog Unud
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Beberapa pekan terakhir marak aktivitas pesepeda di jalanan, meskipun masa pandemi Covid-19 ini belum berakhir.
Bahkan, tingkat penjualan sepeda di sejumlah wilayah hingga mengalami lonjakan.
Sosiolog Universitas Udayana (Unud) Bali, Wahyu Budi Nugroho menjelaskan, maraknya pesepeda akhir-akhir ini karena masyarakat memanfaatkan momentum fleksibilitas bekerja dan sekolah dari rumah.
Bersepeda kemudian dipilih sebagai alternatif aktivitas olahraga sebagai kesempatan menerapkan konstruksi gaya hidup sehat.
• Puluhan Pejabat Eselon II Sharing Kiat Solutif Pemimpin Saat Krisis bareng Bupati Anas
• Koleksi Sepatu dan Tas Bermerk, Sekarang Luna Maya Menyesal
• Ambil Ikan di Dalam Lubang, Pria 35 Tahun Ini Tewas Dipatuk Ular
Selain itu, menjadi pelepas kejenuhan setelah berbulan-bulan menghabiskan lebih banyak waktu di rumah saja karena adanya Pembatasan Sosial.
"Masyarakat kita sudah lama mendambakan untuk punya budaya hidup sehat, tapi karena kesibukan jam kerja dan sebagainya akhirnya tidak sempat mempraktekkan gaya hidup sehat itu, sekarang ini WFH, School From Home dengan waktu lebih fleksibel dianggap sebagai momentum yang tepat untuk memulai kebiasaan hidup sehat sekaligus menghilangkan kejenuhan," kata Wahyu kepada Tribun Bali, Selasa (16/6/2020).
Selain itu, traveling beberapa tahun terakhir menjadi culture populer di masyarakat.
Sehingga di tengah kejenuhan berdiam diri di rumah muncul hasrat masyarakat untuk menikmati suasana kota, dan bersepeda menjadi alternatif olahraga yang rasional.
"Olahraga sepeda ini cocok di masa pandemi, karena tidak ada kontak fisik atau olahraga yang sifatnya individual," terangnya.
Akan tetapi, Wahyu juga berpendapat bahwa aktivitas bersepeda yang saat ini digandrungi oleh banyak masyarakat hanya akan menjadi tren sesaat.
"Ya, ini hanya tren momentum saja, kebiasaan sesaat, nanti saat aktivitas kembali normal akan kembali beralih sepeda motor karena itu yang paling rasional dan efisien untuk masyarakat dalam bekerja," ungkapnya.
Disinggung terkait lonjakan permintaan masyarakat terhadap penjualan sepeda di tengah masa sulit pandemi Covid-19.
Dijelaskan oleh Wahyu bahwa diakui sejak era pemerintahan Presiden ke-6 RI medio 2004-2014 Susilo Bambang Yudhoyono hingga era pemerintahan Presiden Jokowi saat ini, banyak bermunculan kelas menengah di Indonesia.
"Kemudian harga sepeda rentang Rp 1 juta - 5 juta masih bisa digapai untuk kelas menengah, kenaikan konsumen kebanyakan dari kelas menengah dan memang pertumbuhan kelas menengah dominan dan pesat di Indonesia sejak era SBY hingga Jokowi," bebernya.