Corona di Bali
Rapid Test Mandiri di Klungkung Dikenakan Biaya Rp235 Ribu
Jika ada warga yang memerlukan rapid test mandiri, bisa menyambangi Puskesmas terdekat yang telah ditunjuk
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Eviera Paramita Sandi
“Negatif tapi belum tentu tak membawa virus. Negatif hari ini, saat setelah uji dan hari-hari berikutnya tetap bisa tertular,” jelasnya.
Lebih jauh, ahli virus asal Bali ini menerangkan, virus masuk kedalam tubuh manusia selalu dalam jumlah kecil.
Masa awal kemungkinan menginfeksi selaput lendir mata, hidung, atau mulut atau ketiganya atau dua tempat sekaligus.
“Satu siklus virus itu, dari masuk sampai keluar sel, perlu beberapa puluh menit sampai beberapa jam,” ujarnya.
Virus anakan tersebut kemudian menginfeksi sel di sekitarnya dan sebagian masuk cairan limfe dan darah.
“Jumlah di tempat ia masuk awalnya selalu sedikit,” bebernya.
Rapid Tes negatif justru memberikan rasa aman palsu pada orang yang tidak disiplin sanitasi dan disiplin perilaku sehat.
Ia bisa menjadi sumber penular dengan percaya dirinya karena dinyatakan negatif.
Prof. Mahardika justru lebih menyarankan pada uji Polymerase Chain Reaction (PCR).
Uji PCR yang dikembangkan Pemenang Nobel Karry Mullis, secara teori hanya memerlukan satu partikel virus.
“Perhatikan, hanya satu partikel. Jadi yang negatif pada rapid test hanya bisa dikonfirmasi dengan PCR,” jelasnya.
Meskipun PCR memiliki tingkat kepekaan lebih tinggi dibandingkan rapid test, makna bagi penderita yang negatif juga tidaklah banyak.
Mereka tetap bisa tertular sesaat setelah pengambilan sampel PCR maupun hari-hari setelahnya.
“Uji cepat dan PCR hanya alat bantu dokter dan satgas Covid-19 untuk mengambil keputusan untuk pasien dan kebijakan. PCR yang sangat sensitif, 1 molekul DNA ganda setelah 40 siklus PCR menjadi 1.099.511.627.776. Untuk RNA tunggal Covid-19 menjadi 2 pangkat 38 sama dengan 274.877.906.944. Waktu 40 siklus sekitar 2 jam. Cara terbaik hanya satu, di rumah saja, ngoyong jumah, stay home,” pungkas dia. (*)