Dipensiunkan Dini oleh Soeharto, Ini Profil Jenderal Hoegeng yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Jenderal Polisi Hoegeng pernah dipensiunkan dini oleh Soeharto karena bersikeras mengusut dugaan keterlibatan anak pejabat dalam pemerkosaan

Editor: Wema Satya Dinata
Istimewa/intisari
Jenderal (Purnawan) Hoegeng Iman Santoso direkomendasikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendapat gelar pahlawan Nasional bersama dua tokoh lainnya, yaitu dokter Kariadi dan Prof Dr R Soegarda Poerbakawatja. 

Peristiwa ini sangat melekat di memori Meri.

Hoegeng ternyata mewarisi sifat orangtuanya dalam hal kejujuran

Sementara itu, Didit berkisah, setelah pensiun, sang ayah pernah menerima uang pensiun hanya Rp 10.000 per bulan.

Pensiunan itu diterimanya selama puluhan tahun hingga 2001.

"Sampai 2001 uang pensiunan bapak (Hoegeng) Rp 10 ribu. Setelah 2001 baru ada penyesuaian jadi sekitar Rp 1 juta," kata Didit.

Setelah pensiun, Hoegeng beralih profesi menjadi pelukis.

Untuk menghidupi keluarganya, Hoegeng menjual lukisannya.

5. Diusulkan jadi Pahlawan Nasional

Bersama dua tokoh asal Jateng, dr Kariadi dan Profesor Soegarda Poerbakawatja, Hoegeng diusulkan menjadi pahlawan nasional.

Usulan ini sudah memenuhi syarat tim peneliti dan pengkaji gelar daerah Jawa Tengah.

Menurut Ganjar, Jenderal Hoegeng dinilai telah berjasa dan mengabdi pada bidang kepolisian Republik Indonesia.

Ganjar menjelaskan, banyak pertimbangan yang dilakukan untuk pengusulan ketiga nama tersebut, termasuk Jenderal Hoegeng.

"Itu detail, ada usulan dari masyarakat, ada data yang dilampirkan. Tugas kami memverifikasi saja, apakah semuanya betul dan tidak ada yang terlanggar."

"Kemudian setelah itu, kami meneruskan ke pusat," ujarnya.

Selanjutnya, kata dia, usulan gelar pahlawan nasional akan ditindaklanjuti Kementerian Sosial.

"Sampai pada Sekmil Presiden yang nanti akan memutuskan terakhir. Kami hanya meneruskan saja," kata Ganjar dikutip dari Kompas.com.

Ganjar juga berharap bulan Agustus tahun ini pemerintah bisa meluluskan usulan tersebut dan mengumumkan ketiga tokoh itu untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional.

Karena ketiganya dinilai layak menjadi pahlawan nasional karena ikut dalam perjuangan Bangsa Indonesia.

Kisah Hoegeng saat pensiun dini

Dilansir dari Tribun Jabar dalam judul 'Jenderal Hoegeng Dipensiunkan Dini oleh Soeharto Karena Usut Kasus yang Guncang Kestabilan Negara', Jenderal Hoegeng adalah aparat penegak hukum yang menjabat sebagai Kapolri sejak 9 Mei 1968

Namun, saat duduk di puncak kariernya, Jenderal Hoegeng justru harus menelan pahitnya kenyataan.

Jenderal Hoegeng tiba-tiba dicopot dari jabatannya oleh Presiden Soeharto pada 2 Oktober 1971.

Dilansir oleh Tribunjabar dari Kompas.com, sebelumnya, Jenderal Hoegeng sempat ditawari menjadi duta besar Swedia dan Belgia.

Namun, tawaran itu ia tolak karena bersikukuh ingin mengabdikan dirinya di tanah air.

Namun, nasib berkata lain.

Usianya yang masih 49 tahun harus digantikan senior yang berusia empat tahun lebih tua darinya, Jenderal Moh Hasan.

Akhirnya, Jenderal Hoegeng terpaksa pensiun dini pada usia yang masih produktif.

Mencuat pertanyaan banyak pihak mengapa Jenderal Hoegeng pensiun dini.

Ternyata, sebelum dipensiunkan dini oleh Presiden Soeharto, Jenderal Hoegeng rupanya tengah mengusut tuntas sebuah kasus pemerkosaan.

Kasus pemerkosaan ini dikenal sebagai kasus Sum Kuning, yang menimpa seorang gadis berusia 18 tahun, Sumarijem.

Melansir dari Intisari, Sumarijem adalah seorang penjual telur.

Pada 21 September 1970, Sum diseret oleh sejumlah pria tak dikenal dan dimasukan ke dalam mobil, kemudian dibius.

Ia lalu diperkosa di kawasan Klaten secara bergilir oleh sejumlah pria tak dikenal itu.

Puas melampiaskan hasratnya, sejumlah pria tak dikenal tersebut langsung menelantarkan Sum di pinggir jalan.

Sum tak mau tinggal diam, ia lantas melaporkan kejadian itu pada pihak kepolisian.

Namun, Sum justru diserang balik oleh pihak berkuasa.

Ia malah dijadikan tersangka atas tuduhan laporan palsu.

Sum bahkan dituding sebagai anggota Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani).

Ia dituntut tiga bulan penjara dan satu tahun masa percobaan.

Namun, majelis hakim menolak tuntutan itu karena Sum tak terbukti membuat laporan palsu.

Akhirnya, Sum pun dibebaskan dari hukuman.

Namun, polisi justru mempublikasikan sosok yang disebut sebagai pemerkosa Sum.

Ia bernama Trimo, seorang penjual baso. Namun, Trimo justru mengelak semua tuduhan tersebut.

Disamping itu, terungkap pula fakta lain dari hasil putusan sidang.

Rupanya, Sum mengalami hal memilukan di dalam tahanan.

Sambil dianiaya, Sum dipaksa mengakui pelakunya adalah Trimo.

Tidak hanya Sum yang dianiaya, Trimo pun mengalami hal yang sama saat diperiksa polisi.

Melihat peliknya kasus ini, Jenderal Hoegeng pun turun tangan.

Setelah Sum bebas, Jenderal Hoegeng memerintahkan Komjen Suroso mencari orang yang mengetahui fakta dibalik pemerkosaan Sum.

Ia bahkan membentuk tim khusus yakni Tim Pemeriksa Sum Kuning.

“Kita tidak gentar menghadapi orang-orang gede siapa pun. Kita hanya takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi kalau salah tetap kita tindak,” ujar Jenderal Hoegeng, seperti dikutip Intisari.

Akibatnya, kasus ini semakin menjadi sorotan media massa saat itu.

Tersiar pula kabar bahwa pelakunya adalah sejumlah sejumlah anak pejabat dan anak seorang Pahlawan Revolusi. Namun, mereka tetap membantah tuduhan tersebut.

Presiden Soeharto pun akhirnya ikut ambil langkah. Kasus ini dinilai mengguncang stabilitas nasional.

Akhirnya, ia memerintahkan untuk menghentikan kasus ini dan diserahkan ke tim pemeriksa Pusat Kopkamtib.

Kemudian, pada sidang lanjutan kasus Sum, polisi mengumpulkan 10 tersangka.

Namun, mereka bukanlah anak pejabat yang Sum tuduhkan.

Mereka bahkan membela diri dan menyebut siap mati demi menolak tuduhan itu.

Pada akhirnya, Jenderal Hoegeng pun tak bisa berkutik karena dipensiunkan dini.

Kariernya yang tiba-tiba hilang, membuat Jenderal Hoegeng mengembalikan semua barang yang dipakai saat menjadi Kapolri.

Kemudian, ia pun langsung menghampiri sang ibu.

Momen ini dituliskan dalam buku Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan seperti yang dikutip oleh Intisari.

"Saya tak punya pekerjaan lagi, Bu," kata Jenderal Hoegeng bersimpuh di depan ibunya.

Namun, ibunya tetap menenangkan sang anak.

"Kalau kamu jujur dalam melangkah, kami masih bisa makan hanya dengan nasi dan garam," kata sang ibu.

Akhirnya, Jenderal Hoegeng pun tak bisa lagi beraksi memberantas kejahatan.

Ia bahkan harus hidup sengsara selama bertahun-tahun.(*)

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Pernah 'Dipensiunkan' Soeharto, Berikut Profil Hoegeng Jenderal Polisi yang Diusulkan Jadi Pahlawan,

Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved