Corona di Bali
Wisata Ataupun Sekadar Ngopi di Kintamani Wajib Bawa Suket Rapid Test Bebas Covid-19
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Bangli, I Made Gianyar mengaku terkejut dengan kembalinya ditemukan lonjakan kasus
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI -- Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Bangli, I Made Gianyar mengaku terkejut dengan kembalinya ditemukan lonjakan kasus transmisi lokal di wilayah Banjar Abuan Kangin, Bangli, Bali.
Karena dalam sebulan terakhir, perkembangan kasus di Bangli telah cenderung melandai.
Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Kabupaten Bangli, Bali pun akhirnya melakukan rapat evaluasi menindaklanjuti lonjakan kasus Covid-19 terutama di Desa Abuan, Susut.
Adapun kesimpulan rapat tersebut di antaranya rencana karantina wilayah Banjar Abuan Kangin dan mewajibkan wisatawan yang berkunjung ke Kintamani membawa surat keterangan (suket) bebas Covid-19 meskipun hanya berkunjung untuk ngopi.
Menurut Gianyar, peluang rentan tidak hanya Pekerja Migran Indonesia (PMI), namun juga transmisi lokal.
Sedangkan yang terjadi saat ini, sebaran kasus disebabkan petugas medis yang merawat orang dengan Covid-19.
"Dengan tidak ada maksud menyalahkan siapa-siapa, berdasarkan data bahwa kasus di Abuan, baik Abuan Kauh ataupun Kangin ini adalah warga kita yang bekerja di rumah sakit swasta di Gianyar.
Sehingga yang berpeluang menyebarkan saat ini adalah pegawai rumah sakit.
Mengapa mereka berpeluang menyebarkan? Karena menangani orang Covid-19, ditulari oleh orang Covid-19," ujarnya Selasa (23/6/2020).
Mengenai lonjakan 14 kasus positif yang terjadi di wilayah Banjar Abuan Kangin, Bupati Bangli itu mengatakan keputusan karantina wilayah atau banjar ditentukan dari hasil rapid dan swab yang digelar kemarin, Selasa (23/6/2020).
Tes dilakukan terhadap tracing kontak erat menyasar kepada 150 orang.
Gianyar juga mengungkapkan peluang penyebaran Covid-19 tak hanya pada petugas medis rumah sakit.
Pegawai restoran maupun warung-warung di sekitaran wilayah Kintamani pun dinilai memiliki peluang.
Hal ini lantaran tidak dapat dideteksi apakah orang yang berbelanja memiliki potensi Covid-19 atau tidak.
"Di kesehatan yang jelas telah memiliki protokol kesehatan terhadap pasien sakit saja masih memiliki potensi tertular, apalagi pegawai warung dan restoran. Karena tidak diketahui apakah yang datang ini dari zona hijau, kuning, merah, atau hitam," ucapnya.