Kisah Suku Korowai di Pegunungan Bintang Papua, Hidup dari Tambang Emas & Terisolir

Selain terisolir, akses menuju lokasi ke Suku Korowai cukup memakan waktu satu hari jika menempuh dengan long boat.

Editor: Ady Sucipto
Thinkstock via Kompas.com
Ilustrasi emas yang ditemukan di tambang. 

Biasanya, warga menggunakan longboat dari Boven Digoel yang memakan waktu selama satu hari perjalanan.

Kemudian, dilanjutkan berjalan kaki selama dua hari perjalanan menuju kawasan penambangan rakyat Korowai.

Akses yang terbatas tersebut membuat Korowai jauh dari perhatian pemerintah.

Menurut salah satu pemilik Dusun Kali Dairam Korowai di Mining 33, Ben Yarik, mengatakan, suku Korowai merupakan penghuni asli kawasan itu.

Sayangnya, mereka tak pernah diperhatikan oleh pemerintah.

"Bertahun-tahun pemerintah tidak pernah membangun Korowai, Tuhan yang memberikan hasil emas bagi kami, sehingga kami bisa menambang dan membantu kami," kata Ben.

Emas penopang hidup

Suku Korowai bertahan hidup dengan bekerja di pertambangan emas tradisional di sekitar pegunungan.

Dari hasil menambang itu, warga Korowai memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Entah apa yang akan terjadi jika pemerintah menutup penambangan tradisional di kawasan Korowai.

"Kasihan ini, banyak masyarakat tidak lagi diperhatikan dan terus tertinggal. Selagi masih ada emas yang menjamin," ujar Ben. (Dheri Agriesta).

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Terisolir Bertahun-tahun, Harga Beras 10 Kilo Setara Rp 2 Juta, Begini Kondisi Suku Korowai ",

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved