Permintaan Garam Amed di Bali Turun 100 Persen Sejak Terjadi Pandemi Covid-19
Permintaan garam Amed di Bali menurun 100 persen sejak COVID-19 dinyatakan pandemi oleh WHO.
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/Saiful Rohim
ILUSTRASI-Proses pembuatan garam amed di lahan pertanian Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) di Banjar Lebah, Desa Purwakerti, Karangasem, Bali
Meningkatnya produksi garam karena tingginya permintaan garam. Terutama dari luar. Seperti Hotel dan Restaurant di Badung, Jakarta, & Depok.
Terkait harga garam amed masih tetap. Belum ada peningkatan, serta penurunan.
Harga garam perkilogramnya sekitar 30.000, itu harga garam curah alias belum dikemas.
Kalau garam kemasan harganya beda. Satu bungkus dengab isi 100 gram bisa capai 25 sampai 30 ribu. Harganya tergantung isi.
MPIG serta warga berharap, pemerintah daerah (Pemda) Karangasem juga terlibat dalam mempromosikan garam Amed.
Sehingga permintaan dan produksi garam amed terus meningkaat setiap bulannya.
"Pembuatan garam Amed adalah warisan leluhur sejak abad ke 15,"tambah Suanda, sapaan akrabnya.(*)