Hashim Blak-blakan Soal 'Nyali' Prabowo sebagai Menhan Stop Rp 50 T Pembelian Alutsista, Ungkap Ini
Baru-baru ini ada pernyataan menarik dari adik Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo yang menjadi sorotan hangat publik
TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Baru-baru ini ada pernyataan menarik dari adik Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo yang menjadi sorotan hangat publik.
Kata Hashim, pada dua bulan pertama Prabowo menjabat Menhan, gebrakan berani dilakuan oleh kakaknya yang menghemat anggaran belanja alutsista Rp 50 triliun.
Keputusan berani Prabowo tentang penghentian kontrak alutsista di Kemenhan karena tak ingin memboroskan APBN.
"Dalam 2 bulan jadi menteri, dia ( Prabowo Subianto) membatalkan kontrak-kontrak alutsista, kontrak-kontrak senjata di Kementerian Pertahanan senilai Rp 50 triliun atau 3,4 miliar (dollar AS) dia batalkan," ujar Hashim dikutip dari Youtube Kompas TV, Minggu (19/7/2020).
• Pengakuan Hashim Saat Prabowo ke Bali: Jadi Menhan Batalkan Kontrak Alutsista 50 T yang di Mark Up
• Menhan Prabowo Subianto Pesan 500 Rantis Maung Pindad, Harga per Unit Rp 600 Juta
• Uji Ketangguhan Rantis Maung Buatan PT Pindad, Begini Komentar Menhan Prabowo
Menurut Hashim, kakaknya tersebut pernah bercerita soal kontrak pembelian alat pertahanan negara yang nilainya fantastis dan bisa memboroskan APBN.
"Kenapa? Saya masih ingat, malam tahun baru dia berlibur ke tempat saya di Bali, terus dia buka ke saya. Shim (Hashim), saya batalkan, saya batalkan kontrak-kontrak 3,4 miliar dollar AS," kata Hashim.
"Saya kaget, saya hitung-hitung saat itu kursnya Rp 50 triliun. Dia (Prabowo Subianto) batalkan, dia tak mau tanda tangan, uang itu dikembalikan ke Menteri Keuangan," kata Hashim lagi saat mengingat pertemuan dengan kakaknya yang saat itu baru masuk kabinet Jokowi.
Sebelumnya, Hashim juga menyinggung soal perusahaannya yang mendapat izin untuk melakukan budi daya dan ekspor benih lobster.
Dia menegaskan, tidak ada unsur KKN dalam penetapan perusahaannya, PT Bima Sakti Bahari (BSB) yang mendapatkan jatah ekspor benih lobster dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
"Kami sudah mengekspor mutiara sejak 1986 lewat perusahaan Bima Sakti Bahari.
BSB kemudian berancang-ancang pindah ke budidaya hasil laut, seperti lobster, karena ekspor mutiara terhenti," tegas Hashim.
• Angkat Bicara Soal Izin Ekspor Benih Lobster, Edhy: Yang Putuskan Bukan Saya, Tapi Tim
• Berupaya Ekspor Baby Lobster Senilai Rp 1,5 miliar AH Diamankan Petugas Bea Cukai Ngurah Rai
• Akuisisi 2 Fregat Iver Huidfeldt, Pakar Pertahanan: Indonesia Tak Cukup Kuat Imbangi China di Natuna
Hashim diketahui merupakan ayah dari Rahayu Saraswati.
Putrinya saat ini tercatat sebagai Direktur Utama BSB dan juga politikus Partai Gerindra.
"Saat kakak saya (Prabowo Subianto) diangkat menteri, puluhan broker mendekati mengajak kerja sama. Saya tak melayani,” kata Hashim.
Hashim menyebut jika perusahaannya memiliki kompetensi di bidang kelautan, karena sudah melakukan budi daya dan ekspor mutiara sejak 1989.