Dharma Wacana
Kisah Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda, Ditinggal Ayah Sejak Dalam Kandungan (1)
Ida Pandita melewati masa kecil yang sangat berat, bahkan sejak berada di dalam kandungan.
Penulis: Ida Ayu Made Sadnyari | Editor: Wema Satya Dinata
Ida Pandita kemudian mengalami mati suri saat umur tiga bulan.
Dokter menyerah karena tidak ditemukan penyakit secara medis.
“Ditanya di paranormal, dalam kondisi yang koma. Ibu saya diminta menyalakan lampu sentir dan dipertahankan 30 menit. Kalau lampu tersebut mati, bahwa anak ini tidak akan selamat,” ucapnya.
Saat itu tubuh Ida Pandita sangat kurus, tidak lebih dari sebesar mentimun, tinggal digulung.
Ternyata, lilin itu berkelanjutan hidup.
“Lilin tersebut ternyata tetap menyala, dan saya tetap hidup. Mangku Diksa saat itu berpesan, mendapat wangsit, anak ini akan panjang umur dan dikenal masyarakat, dan dia akan membawa pola pikir yang membuat orang lain terperanjat. Kebetulan saya membawa bekal lahir yang berbeda, ruas kelingking saya empat, tidak tiga,” paparnya.
Dalam perjalanannya, di tahun 1972 sang ibu menikah dan membawa serta Ida Pandita kecil.
Ida Pandita dibesarkan dalam kesederhaan.
Karena situasi sulit saat itu, Ida Pandita baru sekolah kelas satu saat berumur delapan tahun.
“Sebelum sekolah, saya pernah menjadi buruh membersihkan kangkung, saat sekolah, tinggal di Sesetan dan sekolah di Sanglah, SD 12 Denpasar.
Saat itu tidak hanya sekolah tapi juga membantu mencari sekam.
“Bahkan saat itu, beratnya sekam melebihi berat badan saya sehingga gerobak itu menaikkan saya. Dari situ saya berpikir, saya tidak bisa menuntut banyak pada ibu saya. Saya memendam perasaan. Saat itu SD, tidak ada bekal untuk sekolah, saya minum air sawah, syukur tidak ada pestisida,” kenang Ida Pandita.
Kemudian sambil sekolah Ida Pandita menjual es di kantin sekolah.
“Saat itu, sambil sekolah saya jualan es, itu yang saya kumpulkan. Saya tidak punya cita-cita apa, tidak punya keinginan apa-apa, yang penting bisa bertahan hidup. Paling saya menangis, mengapa hidup saya seperti ini,” kenang Ida Pandita dengan pandangan berkaca-kaca dan suara bergetar.
Kepahitan masa lalu menjadikan Ida Pandita kuat dan lebih matang di usia yang masih muda.