Surat Pemberitahuan Bahaya 2.750 Ton Amonium Nitrat di Pelabuhan Beirut Lebanon Beredar, Ini Isinya
Sebuah analisis dari rekaman dokumen yang dipublikasikan secara online menunjukkan bahwa para pejabat senior Lebanon tahu
TRIBUN-BALI.COM, BEIRUT - Surat bukti bahaya 2.750 Ton amonium nitrat di Beirut Lebanon tersebar ke publik.
Beberapa surat menyatakan potensi bahaya akan kapal kargo berisi amonium nitrat di pelabuhan Beirut, Lebanon, 6 tahun lalu.
Kargo berisi bahan kimia yang bisa dibuat peledak maupun pupuk tanaman berton-ton itu telah memicu ledakan besar dan dahsyat yang mengguncang ibu kota Beirut pada Selasa (4/8/2020) kemarin.
Sebelumnya, diberitakan bahwa korban tewas akibat ledakan meningkat dari 78 menjadi 100 orang dan terakhir dilaporkan mencapai 135 orang.
• UPDATE Ledakan di Beirut Lebanon : Korban Tewas Meningkat Jadi 135 dan 5.000 Orang Terluka
Ada pun sebanyak 5.000 orang mengalami luka-luka atas ledakan yang berkekuatan seperlima dari bom Hiroshima itu.
Ironisnya, sebuah analisis dari rekaman dokumen yang dipublikasikan secara online menunjukkan bahwa para pejabat senior Lebanon tahu keberadaan 6 tahun kargo amonium nitrat yang disimpan di sebuah gudang di pelabuhan Beirut.
• Video Detik-detik Ledakan Dahsyat di Beirut Lebanon yang Terasa Hingga ke Siprus
Mereka bahkan, 'dikatakan' di dalam dokumen itu 'sangat menyadari bahaya yang ditimbulkan' dari bahan peledak itu.
Pertanyaannya, bagaimana kargo berisi amonium nitrat itu bisa berada di sana?
Berikut penjelasannya seperti yang dikutip Aljazeera News, Rabu (5/8/2020).
Kronologi muatan amonium nitrat
Sebuah kargo berisi amonium nitrat tiba di Lebanon pada September 2013 lalu, dari sebuah kapal kargo milik Rusia yang mengibarkan bendera Moldova.
Rhosus, nama kapal itu berdasarkan informasi dari situs pelacakan kapal, Fleetmon, sedang menuju ke Mozambik dari Georgia.
Karena mengalami masalah teknis di laut (berdasarkan rekaman data PDF pengacara yang mewakili awak kapal), para pejabat Lebanon mencegah kapal itu berlayar dan pada akhirnya kapal itu ditinggalkan oleh pemilik dan para awaknya.
Informasi itu kemudian dikuatkan oleh pihak Fleetmon.
Kapal bermuatan bahan kimia berbahaya itu akhirnya 'ditelantarkan' di sebuah gudang 12 di pelabuhan Beirut, ibu kota Lebanon.