Fakta Nasi Goreng, Ternyata Pernah Jadi Menu Sahur Saat Penyusunan Naskah Proklamasi

Nasi goreng ini digadang sebagai salah satu menu sahur yang disantap para tokoh perumus naskah proklamasi pada dini hari 9 Ramadhan 1364, tepat 75

Internet
Ilustrasi Nasi Goreng 

TRIBUN-BALI.COM - Sering jadi santapan, nasi goreng menjadi salah satu kuliner yang tidak bisa dipisahkan dari rakyat Indoneisa.

Bahkan nasi goreng ini digadang sebagai salah satu menu sahur yang disantap para tokoh perumus naskah proklamasi pada dini hari 9 Ramadhan 1364, tepat 75 tahun yang lalu.

Rupanya nasi goreng sendiri sudah diperkenalkan di Indonesia sejak sekitar abad ke-10 yang dipengaruhi budaya Tionghoa.

Sejarawan dan penulis buku Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia, Fadly Rahman, menjelaskan sejarah nasi goreng.

Dikenalkan oleh orang China Ditarik jauh lebih ke belakang, sajian nasi goreng ini sudah ada sejak lama di Indoneisa.

Menurut keberadaan nasi goreng di Indonesia tak lepas dari pengaruh budaya Tionghoa yang dibawa orang China saat bermigrsi ke Indonesia.

“Asal-usul nasi goreng ini dari Tiongkok. Di negeri asalnya mereka (orang China) tidak menyukai makan-makanan yang sudah dingin sehingga mereka sering memasak dan menghangatkan lagi,” ujar sejarawan sekaligus dosen Departemen Sejarah Universitas Padjajaran itu kepada Kompas.com, Kamis (6/8/2020).

Promo Spesial HUT ke-75 RI dan HUT ke-57 KG, Dapatkan Diskon hingga 75 Persen

Gubernur BI: Uang Rupiah Edisi Khusus Kemerdekaan RI Bakal Dikeluarkan Setiap 25 Tahun Sekali

Miliki Uang Kemerdekaan Rp 75.000 per Hari Ini Melalui Pemesanan Online

Nasi yang sudah dingin akan digoreng kembali dengan bumbu-bumbu sederhana sehingga jadilah nasi goreng dan makanan yang hangat kembali.

Makanan ini akhirnya dibawa masyarakat Tiongkok yang bermigrasi ke seluruh penjuru dunia, tak terkecuali Indoneisa.

Berbaur dengan budaya kuliner Indonesia 

Nasi goreng sebagai budaya kuliner dari China akhirnya masuk ke Indonesia dan berbaur dengan budaya kuliner setempat.

Sehingga nasi goreng mengalami perkembangan dalam segi rasa, bumbu, dan isi.

“Yang kita kenal sekarang ada beragam banyak macam nasi goreng yang disesuaikan dengan bumbu dan bahan di setiap daerah,” papar Fadly.

Hal tersebut yang menjadi alasan kenapa di Indonesia tidak hanya ada satu jenis nasi goreng.

Di Indonesia ada nasi goreng cakalang, nasi goreng kambing yang sering ditemui di Jakarta, nasi goreng petai, nasi goreng mawut, nasi goreng teri, dan masih banyak lagi.

“Jadi disesuaikan dengan budaya kuliner masyarakat setempat, bahkan sudah tidak lagi identik dengan cita rasa otentik Tionghoa, karena sudah diadaptasi oleh masyarakat lokal,” jelas Fadly.

Tak hanya dari China, nasi goreng bisa jadi budaya kuliner hasil resapan dari makanan Timur Tengah yaitu nasi pilaf.

Mengingat Indonesia sempat menjadi pusat perdagangan dan pertemuan banyak kebudayaan asing seperti Arab, China, dan India.

Syok setelah Crash Horor di MotoGP Austria 2020, Franco Morbidelli Sebut Johann Zarco Pembunuh

Katalog Promo Indomaret 17 Agustus 2020, JSM, Super Hemat, hingga Promo Tambah Rp 2 Ribu Dapat 2

Fakta Uang Rp 75.000 Edisi Khusus, Memiliki Unsur Pengaman yang Sulit Dipalsukan

Masyarakat Tionghoa kenalkan kuliner lain 

Fadly juga memaparkan bawah masa sekitar abad ke-10 Masehi, gelombang para warga Tionghoa yang bermigrasi di Indonesia begitu besar.

Kemungkinan seiring dengan momentum itu masyarakat Tionghoa mulai mengenalkan nasi goreng kepada masyarakat Indonesia. Selain nasi goreng, masyarakat Tionghoa juga mengenalkan kuliner lain.

Di antaranya mi, tahu, dan tauco.

Malam penyusunan naskah proklamasi

Kala itu 16 Agustus dini hari, ruang makan Laksamana Maeda menjadi saksi bisu peristiwa dirumuskannya naskah proklamasi kemerdekaan yang merupakan pemikiran tiga tokoh, yaitu Soekarno, M Hatta, dan Achmad Soebardjo. 

Proses penyusunan naskah ini juga disaksikan golongan muda yang diwakili oleh Sukarni, Sudiro, dan BM Diah. Sementara, dari pihak Jepang ada S. Miyoshi dan S. Nishijima.

Ketika itu, 16 Agustus 1945, bertepatan dengan 8 Ramadhan 1364 Hijriah atau dalam suasana bulan suci penuh berkah.

Para tokoh yang hadir itu sedang menunaikan ibadah puasa.

Setelah semalaman berembuk, akhirnya pada dini hari 9 Ramadhan 1364, tepat 76 tahun lalu dalam perhitungan Hijriah, teks itu selesai dan segera diketik.

Dalam buku Sekitar Proklamasi (1981) Bung Hatta mengatakan bahwa dirinya sempat diberi makan sahur di kediaman Laksana Maeda.

Hari Terakhir Promo JSM Alfamart 17 Agustus 2020, Jangan Lewatkan Flash Sale hingga Pulsa Gratis

"Waktu itu bulan puasa. Sebelum pulang saya masih dapat makan sahur di rumah Admiral Maeda," kenang Hatta.

Makanan itu telah disiapkan oleh Satsuki Mishina, selaku asisten rumah tangga Maeda.

Dia membuat dan menyiapkan nasi goreng, telur, dan ikan sarden.

Setelah selesai masak, jamuan segera dihidangkan kepada para tokoh perumus proklamasi.

Soekarno, Hatta dan Achmad Soebardjo menyantap makan sahur, sedangkan Sayuti Melik menyelesaikan tugasnya untuk mengetik naskah proklamasi. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Nasi Goreng, Menu Sahur saat Penyusunan Naskah Proklamasi"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved