Tren Pengedaran Narkoba Masuki Wilayah Pedesaan di Bali, Buleleng Terbanyak

Yayasan Kesehatan Bali (YAKEBA) menggelar webinar bertajuk 'Bincang Napza-BinaZa', Senin (31/8/2020).

Penulis: Noviana Windri | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Gambar oleh jorono dari Pixabay
Foto ilustrasi narkoba 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Noviana Windri Rahmawati

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dalam rangka memperingati International Overdose Awareness Day atau Hari Kewaspadaan Overdosis Internasional, Yayasan Kesehatan Bali (YAKEBA) menggelar webinar bertajuk 'Bincang Napza-BinaZa', Senin (31/8/2020).

Dalam webinar tersebut, Kepala BNNP Bali, Brigjen. pol. Drs. I Putu Gede Suastawa, SH mengungkapkan, penyalahgunaan narkoba di tengah pandemi Covid-19 melanda jumlahnya naik sebesar 1,6 persen berdasarkan data tangkapan dari Polri dan BNNP Bali.

Dengan rincian data kasus pada Januari-Juli 2019 sebanyak 496 kasus.

Sedangkan pada Januari-Juli 2020 sebanyak 504 kasus.

Bintang Emon Kembali Jadi Sorotan Gara-gara Videonya yang Sindir Live Streaminng dan RCTI

BPBD Gianyar Sebut Pohon Singapur yang Tumbang di Sukawati Gianyar Telah Lapuk

Kurang Tidur dan 8 Bahayanya Bagi Kesehatan Tubuh

Dari 504 kasus tersebut penyalahgunaan tertinggi pertama adalah sabu-sabu.

Yang kemudian disusul ekstasi, ganja, tembakau gorila.

Sedangkan kokain paling rendah.

Pengungkapan kasus barang haram tersebut terbanyak dari wilayah Buleleng dan Karangasem.

"Wilayah Buleleng yang terbanyak pengungkapan-pengungkapan kita. Dan kemarin di Karangasem pun juga tertangkap. Penyebarannya tetap masif dan sistemik. Tetapi ada daerah tertentu yang disasar," sambungnya.

Lebih lanjut diungkapkan, peredaran barang haram tersebut saat ini masuk ke wilayah perkebunan cengkeh di Buleleng.

Yaitu daerah Sidatapa, Cempaga, Tigawasa, Pedawa, dan Lemukih.

Berdasarkan keterangan I Putu Gede Suastawa, tren pengedaran narkoba ke wilayah pedesaan tersebut disebabkan oleh musim panen cengkeh.

"Tren ini selalu berulang. Tren narkoba di pedesaan wilayah Buleleng itu saat musim panen cengkeh. Peredaran uang banyak dan masyarakat di pedesaan ini banyak memiliki uang tunai. Sebagian uang ditabung dan sebagian lagi tidak ditabung di bank," terangnya.

"Para pengedar tersebut dengan tipologi sifat para pengguna. Sehingga mereka akan cari lagi orang-orang yang pernah beli. Dan kenyataannya mereka sudah memiliki jaringan di wilayah pedesaan. Kemudian saat ini berkembang ke wilayah Buleleng. Karena kehidupan masyarakat di desa-desa di Buleleng lebih banyak berbelanja karena sedang musim panen cengkeh," lanjutnya.

Pihaknya tetap bekerja keras dalam mengungkap peredaran narkoba meski di tengah pandemi Covid-19 masih melanda.

Namun, yang masih menjadi persoalan adalah di permukaan masyarakat masih masif dan bebas melakukan peredaran narkoba.

"Itu yang membuat kami masih berdosa saya katakan. Tahanan kami penuh saat ini. Sekarang saja masih 13 tahanan. Ada beberapa orang yang sudah dilimpahkan ke kejaksaan. Covid-19 memang sangat terkait dalam hal ini. Tetapi, kami tetap bekerja keras bagaimana caranya pengungkapan ini terus diberjalan," pungkasnya.

Sebanyak 25 berkas penangkapan yang ditargetkan BNNP Bali, saat menjadi 46 berkas penangkapan atau 180 persen.

Untuk 1 berkas penangkapan terdiri dari beberapa kasus, beberapa tersangka, dan beberapa TKP.(*).

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved