Cerita Komisioner Komnas HAM Mengenang Cara Almarhum Munir Tuntaskan Persoalan Kaum Tertindas
Interaksi Anam dengan Munir cukup intens ketika ia masih bergelut sebagai volunteer Divisi Buruh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya Pos Malang
Jika itu dilakukan, justru akan memenjarakan langkah perjuangan.
"Waktu itu, dalam benak, saya menolak jawaban-jawaban itu, walaupun saya nggak bisa melawan argumentasinya, tapi saya lakukan," kata Anam.
Anam baru menyadari saran Munir ketika keduanya sering bersama-sama bepergian menggunakan kereta api dari Malang menuju Jakarta, begitu juga sebaliknya.
Setiap tiba di stasiun, Munir selalui menjumpai petugas peron maupun menemui pedagang loakan di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur.
Dalam interaksi dengan masyarakat bawah tersebut, ia sadar jika Munir tengah menunjukan betapa banyaknya peraturan yang tak sesuai fakta di lapangan.
Hal itu terlihat dengan banyak masyarakat yang hidupnya tertekan karena tidak adanya kehadiran negara.
"Akhirnya saya mengerti, memang alat kekuasaan itu bisa dengan UU, alat kekuasaan itu untuk merampas hak, bahkan untuk melakukan pendzoliman itu bisa melalui struktur negara dan kekuasaan dan sebagainya," kata Anam.
Menurutnya, dalam menyelesaikan permasalahan, Munir selalu berangkat dari hal yang sederhana.
Ia mengatakan, ungkapan sederhana yang diucapkan Munir juga menandaskan, bahwa tata kelola negara sebetulnya bisa dilakukan dengan cara sederhana.
Caranya adalah dengan menjadikan keadilan sebagai landasan dalam mengelola negara.
"Cak Munir bilang keadilan itu harus menjadi dasar tata kelola negara," terang Anam.
"Keadilan yang bagaimana yang bisa menjadi tata kelola negara? Ya, keadilan yang mendengarkan suara-suara rakyat, keadilan dari suara-suara yang lahir dari mengkritiki produk kebijakan," jelas Anam.
Munir diketahui tewas setelah hasil autopsi menunjukkan ada jejak-jejak senyawa arsenik di dalam tubuhnya.
Sejumlah dugaan menyebut bahwa Munir diracun dalam perjalanan Jakarta-Singapura, atau bahkan saat berada di Singapura.
Pemberitaan Harian Kompas 8 September 2004 menyebutkan, Munir meninggal dalam penerbangan Garuda Indonesia GA-974 dari Jakarta ke Amsterdam melalui Singapura, atau sekitar dua jam sebelum pesawat mendarat di Bandara Schipol, Amsterdam, Belanda, pukul 08.10 waktu setempat.