Warga Khawatirkan Dampak Resesi Ekonomi Hingga Beramai-ramai Tarik Uang Koperasi

Menurut Sudira, sudah memiliki rencana untuk menarik tabungannya di koperasi maupun di bank,

Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Eviera Paramita Sandi
Gambar oleh Steve Buissinne dari Pixabay
Foto ilustrasi uang., 

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Sebagian warga masyarakat Kabupaten Klungkung, Bali, mengkhawatirkan dampak resesi ekonomi, yang melanda Indonesia bulan September ini.

Mereka pun beramai-ramai menarik uang simpanan di koperasi.

Seperti diungkapkan I Putu Sudira asal Desa Tegak, Klungkung. Isu resesi membuatnya waswas menyimpan uang di lembaga ekonomi seperti koperasi maupun LPD (Lembaga Perkreditan Desa).

"Nanti takutnya sulit narik uang sendiri. Sekarang semua ekonomi kan lagi sulit," kata Sudira kepada Tribun Bali, Jumat (25/9/2020).

Menurut Sudira, sudah memiliki rencana untuk menarik tabungannya di koperasi maupun di bank.

"Saya cari informasi berita saat resesi katanya yang aman menyimpan uang cash. Jadi rencana saya memang tarik tabungan untuk simpan cash saja. Takutnya seperti tahun 1998, bahkan bank macet karena krisis," ujarnya.

Hal serupa diungkapkan Gede Sumirsa Datu asal Desa Sampalan Tengah. Ia pun mengaku telah menarik depositonya di koperasi dan menabung di bank nasional.

"Di bank sepertinya lebih aman, walau bunga depositonya relatif kecil. Sekarang yang penting aman dulu karena di bank juga sudah terjamin lembaga penjamin simpanan," kata Sumirsa.

Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Kabupaten Klungkung Wayan Ardiasa tidak menampik adanya kekhawatiran masyarakat tentang dampak resesi ekonomi yang melanda Indonesia.

Menurutnya, saat ini koperasi simpan pinjam di Kabupaten Klungkung berada pada posisi sangat sulit.

Semenjak pandemi Covid-19, apalagi akan mengalami resesi ekonomi, masyarakat khawatir menabung maupun mendepositokan uangnya di koperasi.

"Bahkan sejak pandemi Covid-19 ini, masyarakat sudah beramai-ramai menarik uangnya di koperasi. Mereka termakan isu tidak aman menyimpan uang di koperasi dalam kondisi seperti ini," kata Ardiasa, Jumat (25/9).

Menurut Ardiasa, ada satu koperasi di daerah itu yang telah mengeluarkan uang sebesar Rp 1 miliar karena anggotanya menarik tabungan mereka.

Diakuinya, masyarakat saat ini menilai lebih aman menyimpan uang di bank-bank nasional.

Di sisi lain, banyak warga yang menunggak kreditnya di koperasi karena kondisi perekonomian yang sulit. Kondisi ini sangat tidak baik bagi perkembangan koperasi.

"Sangat mempengaruhi operasional koperasi secara keseluruhan. Koperasi sangat kesulitan untuk melakukan pembayaran kepada pihak ketiga," ungkapnya.

Menyikapi situasi tersebut, kata Ardiasa, Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Klungkung berencana menggelar rapat dengan Dekopinda (Dewan Koperasi Indonesia Daerah) Klungkung, Senin (28/9/2020).

Diharapkan Dekopinda bisa memfasilitasi koperasi kepada Lembaga Penyalur Dana Bergulir (LPDB) demi menanggulangi kesulitan keuangan.

Selain itu, pihak koperasi harus meyakini anggotanya agar tidak terburu-buru menarik seluruh simpanannya di koperasi serta mengambil kebijakan keringanan cicilan, untuk mengantisipasi kredit macet.

"Sangat bahaya jika warga manarik tabungannya ramai-ramai di koperasi dalam waktu bersamaan. Ini sangat tidak baik bagi pertumbuhan koperasi," kata Ardiasa.

Walau demikian, Ardiasa belum menerima laporan ada koperasi yang bangkrut di Klungkung gara-gara anggotanya menarik simpanan.

Tapi bila kondisi itu terus berlanjut hingga Desember 2020, Ardiasa khawatir koperasi akan melakukan efesienasi, mengurangi jam kerja para pegawai yang berdampak pada upah mereka.

“Sampai saat ini juga belum ada PHK di koperasi. Semoga tidak sampai terjadi,” harapnya.

Wayan Ardiasa menjelaskan, saat ini terdata sebanyak 143 koperasi aktif di Kabupaten Klungkung.

"Dari jumlah tersebut, sebagian besar merupakan koperasi simpan pinjam," ungkapnya.

Ardiasa mengakui, semenjak terjadi pandemi, beberapa koperasi beralih menjadi koperasi serba usaha.

“Sekarang mulai banyak koperasi simpan pinjam yang beralih ke koperasi serba usaha. Mereka mencari peluang di tengah lesunya unit simpan-pinjam,” ungkap Ardiasa.

Lembaga Keuangan

Ketua Dewan Koperasi Indonesia Daerah (Dekopinda) Kabupaten Klungkung, Drs Ngakan Made Natha mengakui, kondisi seperti saat ini secara umum menyulitkan lembaga keuangan.

"Sekarang lembaga keuangan secara umum kondisinya kontraproduktif. Bank umum saja sulit, apalagi koperasi," ujarnya.

Meski demikian, menurutnya tidak ada koperasi yang sampai bangkrut di Klungkung karena anggotanya ramai-ramai menarik tabungan.

"Volume peningkatan ada, untuk anggota menarik uangnya di koperasi. Tapi menurut saya itu masih rasional," ujar Ngakan Natha yang juga Ketua Koperasi Sri Nadi.

Dalam kondisi saat ini, kata dia, yang dapat dilakukan koperasi untuk bertahan adalah menjaga likuiditas. Dapat berupa pembatasan mengeluarkan kredit serta meyakinkan anggota tidak menarik uangnya secara masif.

"Masa sulit koperasi itu sebenarnya bulan Maret dan April lalu. Itu sangat terasa dan saat ini berangsur pulih. Semoga ke depannya kembali membaik. Memang ada kredit macet, tapi masih bisa dikontrolah," jelasnya.

Selain menjaga likuiditas, yang dapat dilakukan koperasi yakni memaksimalkan bidang usahanya.

"Ada koperasi yang tidak hanya bergerak bidang simpan pinjam, ada juga yang sektor riil seperti supermarket dan lainnya. Itu harus bisa dimaksimalkan dalam kondisi seperti saat ini, sehingga koperasi bisa bertahan," demikian Made Natha. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved