Ekonomi Terpukul Pandemi Covid-19, Pengusaha Mal Rugi Hingga Rp 200 Triliun
Kondisi ini terjadi seiring dengan bayang bayang-bayang resesi dan pembatasan sosial berskala besar ( PSBB), khususnya di Jakarta
TRIBUN-BALI.COM - Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budiharjo Iduansjah mengatakan, dampak pandemi Covid-19 sangat memukul pengusaha karena kerugian ekonomi yang ditimbulkan.
Setidaknya omzet peritel turun hingga Rp 200 triliun.
Kondisi ini terjadi seiring dengan bayang bayang-bayang resesi dan pembatasan sosial berskala besar ( PSBB), khususnya di Jakarta masih terus berlangsung.
"Kami itu setahun sekitar Rp 400 triliun omzetnya. Kalaupun hanya 50 persen omzetnya, ya turun Rp 200 triliun, kerugiannya di situ. Tapi kan biayanya enggak bisa utuh," kata dia dalam konferensi pers virtual, Senin (28/9/2020).
• Kapten Persib Supardi Nasir Serukan Target Juara pada Kompetisi Liga 1 2020
• Update Harga HP Oppo untuk Periode Oktober 2020: Oppo A31 2020 Hanya Rp 2,6 Jutaan, Cek Kelebihannya
• Dengan Bunga Rendah, BP Tapera Hadir Mewujudkan Kebutuhan Masyarakat untuk Punya Rumah
Ia mengatakan, saat Jakarta mulai melakukan pelonggaran dengan PSBB Transisi, di mana mal dibuka dan restoran kembali melayani makan di tempat (dine in), pengusaha mulai berharap untuk bisa pulih.
Sayangnya itu hanya sebentar, karena Jakarta kini kembali memperketat PSBB.
Padahal, lanjutnya, separuh kekuatan perekonomian Jakarta berada di sektor ritel, yang sebagian besarnya bernaung di pusat perbelanjaan.
Terlebih, restoran yang menjadi destinasi utama pengunjung ke mal kini tak bisa lagi dine in.
"Itu juga berpengaruh sangat besar ke tenant lain dalam mal, karena tidaklah mungkin orang ke mal tetapi terus tidak ada yang ke restoran atau kafe. Mereka akhirnya mengurungkan ke mal-nya," katanya.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja menambahkan, saat penerapan PSBB pertama kali kondisi perekonomian masih belum dibayangi resesi, sehingga umumnya masih mampu bertahan.
Namun kini, ketika perekonomian terus melemah mengarah ke resesi dan dibarengi PSBB Jakarta yang kembali diperketat, maka situasinya diakui Alphonzus sangat berat.
"Sejak Maret (Covid-19 ditemukan di Indonesia), berarti sudah 6 bulan lebih kondisi defisit terus, ditambah masuk resesi ekonomi, wah ini situasinya memang sangat berat," ungkapnya.
Alphonzus mengatakan, saat PSBB Transisi diberlakukan di mana mal boleh buka dengan kapasitas kunjungan 50 persen, serta restoran dan kafe bisa melayani dine in, kapasitas itu saja belum bisa tercapai.
Apalagi, terlebih saat ini ketika PSBB diperketat.
• Bukan dengan Melewatkannya, Berikut Tips Menurunkan Berat Badan Saat Makan Malam
• Ramalan Zodiak Cinta Selasa 29 September 2020, Gemini Abaikan Kekasih, Capricorn Saatnya Jujur
• Didi Kempot Datang dalam Mimpi, Ajukan Permintaan, Mampukah Dipenuhi?
"Pada saat PSBB Transisi kurang lebih hanya terpenuhi 30-40 persen, sekarang pada PSBB pengetatan ini hanya tinggal tersisa sekitar 10-20 persen saja," kata dia.