Mengenal Fenonema La Nina, Peningkatan Curah Hujan yang Harus Diwaspadai, Apa Saja Dampaknya?
BMKG mengingatkan adanya fenomena La Nina di Samudera Pasifik yang dapat berdampak anomali cuaca dan menyebabkan bencana hidrometeorologi di Indonesia
“Berdasarkan kajian ilmiah dari histori kejadian-keadian sebelumnya, dampak La Niña berupa peningkatan curah hujan terjadi terutama di bagian tengah dan timur wilayah Indonesia,” kata Indra.
Baca juga: BMKG Peringatkan Ancaman Duet La Nina di Indonesia, Hujan di Atas Normal Bisa Terjadi
Baca juga: BPBD Bangli Keluarkan 7 Imbauan Hadapi Cuaca Ekstrem
Masyarakat diimbau untuk waspada dampak ikutan dari curah hujan tinggi yaitu bencana hidrometeorologis seperti banjir dan longsor.
Beberapa hal yang dapat dilakukan masyarakat misalnya, dengan melakukan pengelolaan tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Di antaranya dengan penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air yang berlebih.
Wilayah Terdampak La Lina
Dikutip dari Kompas.com, berdasarkan pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudera Pasifik Ekuator hingga akhir September 2020, menunjukkan berkembangnya anomali iklim La Nina.
Indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) menunjukkan suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tengah dan timur dalam kondisi dingin selama enam dasarian terakhir dengan nilai anomali telah melewati angka minus 0,5 derajat Celcius.
Menurut Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) Herizal, indeks tersebut menunjukkan ambang batas kategori La Nina, dalam pernyataan pers kepada Kompas.com, Sabtu (3/10/2020).
Perkembangan nilai anomali suhu muka laut di wilayah tersebut masing-masing adalah minus 0,6 derajat Celcius pada bulan Agustus dan minus 0,9 derajat Celcius pada bulan September 2020.
Herizal mengatakan BMKG dan pusat layanan iklim lain seperti NOAA (Amerika Serikat), BoM (Australia), JMA (Jepang) memperkirakan La Nina dapat berkembang terus hingga mencapai intensitas La Nina Moderate pada akhir tahun 2020.
"Diperkirakan akan mulai meluruh pada Januari-Februari 2021 dan berakhir di sekitar Maret-April 2021," jelas Herizal.
Menurut catatan historis La Nina di Indonesia, kata Herizal, dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan hingga 40 persen di atas normal.
"Namun, dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia," kata dia.
Pada bulan Oktober-November, peningkatan curah hujan bulanan akibat anomali iklim tersebut dapat terjadi di hampir seluruh wilayah di Indonesia, kecuali Sumatera.
Herizal menambahkan, pada bulan Desember 2020 hingga Februari 2021, dapat terjadi peningkatan curah hujan akibat La Nina di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku Utara dan Papua.