Kisah Warga di Perbatasan, Hidup Makin Sulit di Masa Pandemi Covid-19 dan Sejak Malaysia Lockdown
Selain letaknya yang terisolasi di perbatasan Indonesia dengan Malaysia, harga barang untuk kebutuhan hidup juga tinggi.
Tidak jarang orang yang coba masuk ke dua desa tersebut menemui lintah sebesar jempol orang dewasa.
"Tolong perhatikan dua desa itu, sampai hari ini mereka belum menikmati apa yang sudah bisa dinikmati saudara mereka di wilayah Krayan lain. Keduanya belum terkoneksi dengan kecamatan dan belum ada akses jalan," pinta Gat.

Meski hidup semakin sulit saat wabah virus corona merebak, Gat tetap bersyukur dengan keadaan daerah tinggalnya yang terisolasi.
Bukan tanpa alasan, keadaan itu membuat Dataran Tinggi Krayan bebas dari orang terjangkit Covid-19.
Saat virus itu mulai mewabah, Gat bercerita, kekhawatiran juga sempat muncul.
Warga daerah perbatasan itu sampai membuat pos pantau di tiap jalur masuk desa. Setiap pendatang juga diawasi secara ketat agar tidak membawa penyakit.
"Sempat ada masyarakat Krayan terindikasi Covid-19, tapi cepat sembuh. Mungkin karena warga Krayan terbiasa hidup di hutan, bertani dan berladang, sehingga imun mereka bisa melawan corona. Puji Tuhan tidak ada kasus corona di Krayan saat ini," papar Gat.
Pernyataan Gat dibenarkan juru bicara Satgas Percepatan Penangan Covid-19 Kabupaten Nunukan Aris Suyono. "Tidak ada suspect atau kasus terkonfirmasi di wilayah Krayan saat ini," ujar Aris. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jerit Warga Perbatasan, Hidup Makin Sulit Sejak Malaysia Lockdown"