Serba Serbi
Makna Alam Semesta di Banten Suci Dalam Upakara Umat Hindu di Bali
Seorang warga dari Batubulan mengatakan, banten suci dibuat dan dihaturkan ketika piodalan di merajannya atau di pura
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Jero Kartika, seorang warga dari Batubulan mengatakan, banten suci dibuat dan dihaturkan ketika piodalan di merajannya atau di pura.
“Biasanya kami membuat banten suci satu hari, kalau sarananya sedikit. Tapi kalau banyak bisa dua hari. Mulai dari nyacal suci atau membuat jajan suci,” jelasnya kepada Tribun Bali, Selasa (27/10/2020).
Berdasarkan literatur Yayasan Dharma Acarya, yang disusun I.B. Putu Sudatsana dan Ni Wayan Ripig.
Tentang Himpunan Tetandingan Upakara Yadnya, menjelaskan detail mengenai banten suci.
Baca juga: Menteri BUMN Erick Thohir Pastikan 3 Juta Vaksin Covid-19 Berbagai Merek Tiba November
Baca juga: Libur Oktober 2020 dan Maulid Nabi Muhammad SAW, ASN Kemenag Diimbau Tidak Bepergian
Baca juga: Dijerat UU ITE, Linda Diganjar Sembilan Bulan Penjara
Salah satu tujuan Agama Hindu untuk menuntun umatnya, agar tetap memiliki sradha dan rasa bhakti kepada Sang Hyang Widhi Wasa.
Agar mampu menolong dirinya sendiri, dari ikatan kekuatan samsara di dunia.
Supaya bisa melepaskan diri dari ikatan tersebut, menuju kebahagiaan lahir dan batin.
Sebagai sarana menghaturkan pujian kepada Sang Hyang Widhi Wasa, atas kebesarannya telah menciptakan alam semesta beserta isinya.
Sehingga ada kehidupan di alam semesta ini.
Dengan adanya kehidupan maka semua mahluk di alam semesta termasuk manusia mendapatkan kesempatan memperbaiki karmanya.
Kemudian, karena tidak semua umat Hindu mampu membaca sloka-sloka dalam weda.
Terutama bagi umat yang buta huruf, orang bisu dan tuli, sehingga mereka terhindar dari status kafir.
Oleh karena itulah diciptakan simbul-simbul suci, yang mendekati bentuk-bentuk saktinya Sang Hyang Widhi.
Dalam rangka pelaksanaan upacara agama, khususnya bagi umat Hindu di Bali sering mempergunakan banten suci.
Terutama pada upakara yang berkuantitas madia dan utama.
Sesungguhnya disebut banten suci, karena penjabaran dari bahasa Weda mempergunakan aksara-aksara suci yang penuh mengandung makna secara universal.
Dengan mengambil simbul-simbul suci berupa tumbuh-tumbuhan, dan binatang yang identik dengan tujuan Weda dan aksara-aksara suci, dengan tujuan menuntun umat tetap bakti pada Tuhan.
Simbul suci yang mendekati bentuk-bentuk saktinya Sang Hyang Widhi, seperti jajan bungan temu adalah simbul senjata bajra dengan kekuatan Sang Hyang Iswara dan aksara sucinya Sang.
Jajan suci berbentuk kerang, sebagai simbul senjata dupa dengan kekuatan Sang Hyang Mahesora, aksara sucinya Nang.
Ada pula jajan berbentuk panji, sebagai simbul senjata Danda dengan kekuatan Sang Hyang Rudra dan aksara sucinya Mang.
Jajan berbentuk buah kelongkang, simbul senjata gada dengan kekuatan Sang Hyang Brahma, dan aksara sucinya Bang.
Lalu jajan berbentuk kekuluban, simbul senjata nagapasa dengan kekuatan Sang Hyang Mahadewa dan aksara sucinya Tang.
Jajan berbentuk kebeber, simbul senjata moksala dengan kekuatan Sang Hyang Sangkara dan aksara sucinya Sing.
Jajan berbentuk karna simbul senjata cakra kekuatan Sang Hyang Wisnu dengan aksara suci Ang.
Jajan berbentuk candigara, simbul senjata trisula kekuatan Sang Hyang Sambu dan aksara sucinya Wang.
Jajan berbentuk dedalas, simbul senjata padma dan kekuatan yoni dengan kekuatan Sang Hyang Siwa, aksara sucinya Ing.
Jajan berbentuk bunga temu utuh, simbul senjata kadga atau keris, kekuatan Lingga dan kekuatan Sang Hyang Sadha Siwa dengan aksara suci Yang.
Terakhir jajan berbentuk binatang cecak atau sastra Ongkara.
Sebagai simbul senjata dwaja, kekuatan Sang Hyang Parama Siwa Sang Hyang Widhi dengan aksara sucinya Om (Ongkara).
Semua itu bersumber dari Lontar Tutur Sang Hyang Tapeni.
Dari simbul-simbul banten suci di atas, mengartikan bahwa banten suci memiliki nilai-nilai tattwa amat tinggi.
Sehingga tidak semua umat mengetahuinya.
Hanya yang dituntun sastra agama yang dapat memahaminya.
Sehingga ketika umat membuat upakara maka harus berdasarkan sastra agama.
Makna banten suci sangat tinggi, karena penjabaran dari ajaran Weda yang mengandung bahasa Weda.
Sebagai permohonan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam memohon kesucian bagi bhuana agung dan bhuana alit.
Untuk itu, simbol tetandingan banten suci memiliki makna manifestasi kekuatan cetana dan acetana pada simbul jajan lingga-yoni.
Dari dua kekuatan ini, menyatu dan menjadi kekuatan penciptaan.
Berupa munculnya gumpalan api, yang memiliki mudra (putaran dahsyat) dan disebut Brahmanda (telur Brahman).
Makanya disimbulkan adanya sebutir telur itik yang sudah matang pada tamas pertama.
Dari perputaran Brahmanda, timbul percikan-percikan api dan membeku menjadi planet-planet.
Maka disebut dalam ajaran Weda, mahatresu-mahatresu seperti planet yang ada saat ini.
Diantaranya planet Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto beserta berjuta-berjuta bintang di ruang angkasa.
Hal itu disimbulkan pada banten suci, dengan adanya nasi penek dan rerasmen pada tamas pertama.
Setelah terciptanya planet-planet, maka Sang Hyang Widhi bermanifestasi menjadi kekuatan Sang Hyang Ista Dewata beserta saktinya.
Sehingga di dalam banten suci disimbulkan dengan bentuk jajan suci, menyerupai senjata bajra, dupa, gada, danda, nagapasa, moksala, cakra, trisula, padma, kadga, dan senjata dwaja, yang ada pada tamas kedua.
Setelah adanya kekuatan Ista Dewata, maka beliau menciptakan seisi alam baik isi alam bhuana agung maupun bhuana alit.
Atas kemahasucian Sang Hyang Widhi.
Disimbulkan dengan adanya dua jajan suci pada setiap celemik pada tamas kedua.
Setelah terciptanya seisi alam, maka Sang Hyang Widhi menganugerahkan kekuatan pemeliharaan baik bersifat sekala-niskala maupun bersifat fisik dan spiritual.
Disimbulkan dengan banten suci yang berisi pala bungkah dan pala gantung.
Demikian juga Sang Hyang Widhi melaksanakan hukum rta dengan adanya kekuatan pralinanya.
Sebagai tanda kemahakuasaannya dengan disebut Siwa Rudra.
Hal ini disimbulkan dalam banten suci dengan adanya jajan saraswati.
Jajan ini memiliki simbul berupa bintang cecak, yang bermakna satu titik dari kata cecek (bahasa Bali) yang berarti kecek.
Dan titik tersebut mengandung makna sebagai simbul windhu ameteng.
Yang merupakan alamnya Sang Hyang Siwa atau Siwa Loka.
Sehingga banten suci memiliki makna tinggi mengandung nilai-nilai ajaran Weda dari proses penciptaan, kehidupan, dan kematian (pralina). (*)