Penanganan Covid
Gunakan Face Shield Saat Menari Kecak, Kadek Yuni Akui Kurang Bebas Berekspresi
Kadek Yuni Meilasari mengaku sangat senang sekali dapat kembali pentas pada Sabtu (31/10/2020)
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Salah satu penari Kecak dari Sanggar Tari dan Tabuh Karang Boma Desa Pecatu, Kadek Yuni Meilasari, mengaku senang dapat kembali pentas.
"Saya sudah ikut tari Kecak sejak kelas 6 SD jadi sudah benar-benar kegiatan rutin menari. Tapi setelah lulus kuliah sempat berhenti karena pandemi ini merasa sedih banget dan senang sekarang bisa ketemu lagi teman-teman tari dan bisa beraktivitas seperti dulu lagi," ujar Yuni, Sabtu (31/10/2020), saat ditemui tribunbali.com usai mementaskan tari Kecak.
Dimana selama pandemi Covid-19 ini Yuni melanjutkan studi S2 sehingga kegiatannya diisi dengan kuliah secara daring dan juga membuka usaha jajanan di rumah.
Disinggung apakah ada kesulitan memakai face shield saat menari?
Baca juga: Hasil Lengkap Liga Spanyol - Griezmann Akhiri Puasa Gol, Real Madrid Ganyang Huesca 4-1
Baca juga: Tragis Sedang Terlelap Tidur, Satu Keluarga di Sumbar Tewas Setelah Rumah Terbakar
Baca juga: Ini Jadwal Belajar dari Rumah di TVRI 1 November, Ada Penayangan Kita Wayang Kita Hingga Podbox
Yuni mengaku tidak begitu, tetapi merasa tidak sebebas pentas saat dulu sebelum pandemi.
"Tidak sebebas dulu ya (pakai face shield). Tidak terlalu bisa bebas berekspresi terhalang dengan face shield dan juga agak sedikit panas. Tapi ya kita lakukan saja demi keamanan kita semua," ungkapnya.
Sebelum kembali mementaskan pertunjukan tari Kecak hari ini (31/10/2020), Yuni menyampaikan ada bertemu dan latihan bersama sebelumnya sebanyak dua kali untuk meluweskan gerakan.
Tari Kecak adalah jenis tarian Bali yang paling unik, Kecak tidak diiringi dengan alat musik gamelan apapun, tetapi diiringi dengan paduan suara sekitar 70 orang pria, dan berasal dari jenis tari sakral "Sang Hyang".
Pada tari Sang Hyang seorang yang sedang kemasukan roh berkomunikasi dengan para dewa atau leluhur yang sudah disucikan.
Dengan menggunakan si penari sebagai media penghubung para dewa atau leluhur dapat menyampaikan sabdanya.
Pada tahun 1930-an mulailah disisipkan cerita epos Ramayana kedalam tari tersebut, secara singkat ceritanya adalah sebagai berikut :
Karena akal jahat Dewi Kakayi (Ibu Tiri) Sri Rama, putra mahkota yang syah dari Kerajaan Ayodya diasingkan dari istana ayah anandanya Sang Prabu Dasa Rata.
Dengan ditemani adik laki-lakinya serta istrinya yang sah Sri Rama pergi kehutan Dandaka.
Pada saat mereka ada di hutan, mereka diketahui oleh Prabu Dasamuka (Rahwana) seorang raja yang lalim, dan Rahwana pun terpikat oleh kecantikan Dewi Sita, ia lalu membuat upaya untuk menculik Sita, dan ia dibantu oleh patihnya Marica, dengan kesaktiannya Raksasa Marica menjelma menjadi seekor Kijang Emas yang cantik dan lincah.