Warga Tebongkang Ubud Gotong Royong Urus Ternak Babi, Pemiliknya Masih Jalani Karantina Covid-19
ternak warga secara gotong-royong urus ternak babi milik warga Tebongkang yang sedang jalani karantina Covid-19.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Warga Tebongkang Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Gianyar, Bali kini bergotong royong urus ternak babi, sebab para pemiliknya masih menjalani karantina Covid-19.
Banjar Tebongkang selama ini memang dikenal sebagai banjar yang sebagian besar warganya adalah peternak babi.
Bahkan untuk mengindari pencemaran lingkungan dan bau kotoran babi tak merusak udara di lingkungan banjar, mereka membuat sentralisasi kandang babi di pojokan banjar atau warga menyebutkan Tegal Sari.
Kini, banjar ini telah menjadi klaster covid-19, dan puluhan warga pun tengah menjalani karantina setelah hasil swab mereka positif covid-19.
Meskipun saat ini tidak bisa memberi pakan ternak babinya, mereka tidak perlu takut ternaknya mati kelaparan.
Sebab, ternak mereka dirawat secara gotong-royong oleh warga Tebongkang yang negatif covid-19.
Baca juga: Bertambah 4 Orang Positif di Tebongkang, Dinkes Gianyar Target Tes Swab Massal 640 Warga
"Ternak warga yang saat ini menjalai karantina, dipelihara secara gotong-royong oleh krama banjar. Kebetulan, untuk pakan ternak, sebelum ada yang kena (covid-19), sudah biasa menaruh bahan pakan ternak di kandang, jadi tidak perlu mencari lagi," ujar seorang warga Tebongkang yang tengah duduk-duduk bersama warga lainnya di pintu masuk Banjar Tebongkang, Minggu (15/11/2020).
Warga mengatakan, jumlah babi yang dipelihara secara gotong-royong ini tidak lebih dari 20 ekor.
Menurut mereka jumlah ini relatif sedikit. Sebab kebanyakan babi telah mati saat wabah misterius melanda Bali di awal tahun 2020.
"Jumlah sekitar 20an, ini sedikit karena kemarin banyak yang mati," ujar warga yang enggan ditulis namanya.
Pantauan Tribun Bali, setelah banjar ini dikatakan sebagai klaster covid-19, situasi banjar relatif sepi.
Meski kendaraan yang masuk juga jarang, situasi banjar tidak mencekam.
Bahkan warga yang duduk-duduk di pintu masuk banjar pun masih bisa tertawa-tawa, dan ngobrol santai satu sama lainnya.
"Tidak ada yang perlu ditakuti berlebihan. Sekarang saja yang dikarantina, mereka masih bisa makan enak," ujar mereka.
Baca juga: Warga Tebongkang Ubud yang Terinfeksi Covid-19 Bertambah Lagi, Ratusan Warga Akan Di-swab
Kondusif
Kapolsek Ubud, AKP Gede Sudyatmaja mengantakan, terkait pengawasan wilayah Banjar Tebongkang tidak dilakukan secara melekat.
Hanya Babinkamtibmas yang ditugaskan untuk memantau situasi. Sejauh ini, kata dia, situasi di banjar tersebut sangat kondusif.
"Kami sebenarnya sangat berharga supaya Satgas Gotong Royong setempat aktif. Mengedukasi warganya supaya taat protokol kesehatan. Tapi dengan kondisi seperti ini, semoga menjadi pelajaran untuk semua pihak agar disiplin protokol kesehatan," katanya.
Sudyatmaja mengantakan, sebelumnya pihaknya sempat mengusulkan agar semua warga yang positif covid-19 di banjar tersebut dikarantina di hotel.
Namun sebagian besar warga memilih untuk dikarantina di rumah.
"Tidak semua rumahnya sepi penghuni. Awalnya kita memang usulan agar yang positif ini dikarenakan di hotel. Tapi mereka maunya dikarantina di rumah saja. Karena itu, pengawasan secara melekat tidak dilakukan. Hanya Bhabinkamtibmas yang memantau, sehingga kami juga bisa memantau perkembangan di sana. Tapi sekali, sampai saat ini situasi sangat kondusif," imbuhnyanya.
Sementara itu, Sekda Gianyar, Made Gde Wisnu Wijaya saat dikonfirmasi terkait kondisi terkini di Banjar Tebongkang, mengatakan hingga Minggu (15/11/2020), tidak terdapat penambahan kasus.
"Per Minggu ini, belum ada perubahan. Kami masih menunggu hasil swab yang dilakukan Jumat kemarin," tandasnya.
Baca juga: Terkait RUU Larangan Minuman Beralkohol, Koster: Nggak Akan Jadi Itu
Kluster pernikahan dan penguburan jenazah
Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar terus melakukan pelacakan terhadap masyarakat terpapar Covid-19 di Banjar Tebongkang, Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Gianyar, Bali.
Hasilnya, ditemukan tambahan empat warga positif Covid-19.
Sebelumnya, Rabu (11/11), Dinkes Gianyar mengkonfirmasi warga yang terpapar sebanyak 28 orang.
Kemudian pada Kamis (12/11) terjadi tambahan empat kasus, sehingga total warga Tebongkang yang terpapar Covid-19 sebanyak 32 orang.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Gianyar, Ida Ayu Cahyani, saat meninjau kegiatan tes swab massal di Wantilan Pura Dalem Tebongkang, Jumat (13/11/2020).
"Dari hasil surveilans, sejak dua hari lalu, kita dapat kasus 28 dan kemarin (Kamis) ditambah lagi empat sehingga total 32 kasus," ujar Cahyani.
Terkait kegiatan tes swab yang berlangsung di banjar tersebut, saat ini baru sekitar 70-an orang yang dilayani.
Namun target swab yang dilakukan secara gratis ini, kata dia, akan menyasar ratusan orang.
Sebab metode pelacakan yang dilakukan, untuk satu orang pasien positif Covid-19 dilakukan pengetesan swab pada 20 orang kontak eratnya.
"Karena ini sebuah pandemi, kita menyelesaikannya dengan epidemiologi. Jadi yang kita lakukan, step pertama, adalah semua kasus terkontaminasi harus masuk ke karantina. Langkah kedua, perluasan tracing. Jadi kita perluas lagi terhadap kontak erat dengan target adalah 1 pasien 20 kontak erat, sehingga jumlah yang harus kita lakukan swab adalah, jika ada 32 pasien maka 640 orang akan dites swab," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, puluhan warga Tebongkang ini terpapar Covid-19 diduga karena klaster pernikahan dan penguburan jenazah belum lama ini.
Saat ini, pihaknya telah melakukan karantina secara ketat di wilayah Tebongkang. Yakni membatasi setiap aktivitas keluar masuk di banjar ini.
"Karena ini dalam satu wilayah atau satu daerah, maka untuk memperkecil kemungkinan penularan, dengan cara pembatasan mobilitas di banjar tersebut. Baik yang masuk ataupun keluar," ujarnya.
Dia memastikan, pihaknya akan melakukan upaya ketat untuk memutuskan klaster di Banjar Tebongkang.
"Kami juga lakukan surveilans yang cukup ketat terhadap kasus ini. Sehingga kami harapkan, dalam seminggu atau dua minggu ke depan tidak ada penularan tambahan. Dan diharapkan tidak ada kematian," tandasnya.
Cahyani meminta secara tegas supaya masyarakat menerapkan 3M, yakni mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak.
Sebab hanya cara ini yang dapat memutus mata rantai Covid-19, sehingga kehidupan bisa kembali normal.
"Yang kita takutkan adalah dampak selanjutnya daripada kasus ini. Saya imbau pada semua masyarakat, sesuai izin Pak Sekda dan Pak Bupati, bahwa diupayakan 3M. Jadi, kegiatan yang menyebabkan jaga jarak tidak bisa diterapkan, maka kita harus menghindarinya," tandasnya.
(*).