Pandemi Covid19

22 Warga Tebongkang Masih Tunggu Hasil Tes Swab, Total Positif Kini 44 Orang

meskipun Banjar Tebongkang ini menjadi klaster, namun Pemkab Gianyar belum bisa menerapkan isolasi wilayah setempat.

Tribun Bali/I Wayan Eri Gunarta
Foto: Dinas Kesehatan Gianyar menggelar tes swab di Banjar Tebongkang, Desa Singakerta, Ubud, Jumat (13/11/2020). 

Laporan Wartawan Tribun Bali I Wayan Eri Gunarta

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Pemkab Gianyar mengkonfirmasi jumlah warga Banjar Tebongkang, Desa Singakerta, Ubud, Gianyar, Bali, mengalami lonjakan signifikan, Senin (16/11/2020).

Berdasarkan data terakhir Pemkab Gianyar per Minggu (15/11/2020), total warga yang dinyatakan positif Covid-19 sebanyak 44 orang atau mengalami kenaikan tujuh kasus dari data sebelumnya.

Sementara, jumlah orang yang masih menunggu hasil tes swab sebanyak 22 orang.

Menindaklanjuti penambahan ini, Pemkab Gianyar menambah jumlah masyarakat kontak erat untuk dites swab.
Sebelumnya, Pemkab telah melakukan swab pada 75 orang.

Saat ini, ditambah lagi 100 orang.

Hal ini dilakukan untuk mempercepat pendeteksian virus di banjar ini.

Sekda Gianyar, Made Gde Wisnu Wijaya mengatakan, pihaknya semakin memperketat tindak lanjut atas ledakan kasus Covid-19 di Banjar Tebongkang.

Sebelumnya, kata dia, pihaknya telah melakukan tes swab pada 75 orang.

Namun dia memastikan hal tersebut belum cukup.

Sejatinya sasaran swab ini adalah mencapai 400an orang.

Namun karena keterbatasan tenaga, hal ini dilakukan secara bertahap.

"Terdapat penambahan lagi tujuh orang per 15 November. Terkait lonjakan ini, kita tambah swab lagi 100 orang. Sementara tahap ini dilakukan, warga setempat masih kita batasi aktivitasnya," tandasnya.

Wisnu berharap dari kasus di Desa Singakerta ini menjadi pelajaran bagi semua pihak, supaya menerapkan protokol kesehatan (prokes).

"Ini kan menyangkut citra kabupaten, apalagi Gianyar merupakan dunianya pariwisata sangat penting prokes ini dan keamanan khususnya. Kan tidak masuk akal, kita mau pariwisata dibuka, tapi kita tidak memberikan kepercayaan pada wisatawan," tandasnya.

Wisnu mengungkapkan, meskipun Banjar Tebongkang ini menjadi klaster, namun pihaknya belum bisa menerapkan isolasi wilayah setempat.

Hal ini atas pertimbangan biaya, serta memikirkan kegiatan masyarakat yang tak terpapar Covid-19.

"Untuk wilayah belum bisa (diisolasi), sebab dari biaya dan kegiatan warga yang lainnya juga perlu dipikirkan. Salah satunya warga yang tidak terkonfirmasi dan memiliki ternak maupun kegiatan lainnya," katanya.

Pihaknya hanya menghimbau warga agar mematuhi prokes, termasuk pelaksanaan kegiatan maupun upacara yang dilaksanakan.

"Semua kan sudah ada regulasinya, ada yang mengatur, surat edaran dan acuan penting terutama bendesa di desa masing-masing. Kalau di sana (Tebongkang) melakukan upacara sesuai itu, tidak akan terjadi kasus ini," tandasnya. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved