Penumpang Serbu Layanan Rapid Antigen di Bandara Ngurah Rai, Ini Tarif Dan Cara Daftarnya
Bahkan terjadi antrean pengguna jasa yang menunggu giliran pengambilan sampel dan menunggu hasil keluar.
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM - PT Angkasa Pura I (Persero) sebagai pengelola Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali mulai kemarin menyediakan layanan rapid test antigen.
Layanan ini pun langsung diserbu pengguna jasa transportasi udara yang membutuhkannya.
Dari pantauan Tribun Bali, Jumat (18/12/2020), penumpang yang memanfaatkan layanan rapid antigen hari pertama ini membludak.
Bahkan terjadi antrean pengguna jasa yang menunggu giliran pengambilan sampel dan menunggu hasil keluar.
Baca juga: SE Gubernur Bali Berlaku Hari Ini, Syarat Masuk Bali Diperketat Untuk Kurangi Pergerakan Wisdom
"Kita sudah siapkan fasilitas rapid antigen mulai hari ini (kemarin, red), dan layanan ini dilaksanakan oleh Angkasa Pura. Kami menunjuk anak perusahaan dalam pelaksanaannya kerjasama dengan Klinik Suka-suka yang ada di Bali," jelas General Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Bandara Ngurah Rai Bali, Herry A.Y. Sikado, Jumat (18/12/2020).
Layanan rapid antigen beroperasi sejak pagi.
Bilik pengambilan sampel hanya satu sehingga terjadi penumpukan di pendaftaran, antrean menunggu pengambilan sampel dan menunggu hasil tesnya.
"Saya minta untuk menambah bilik pengambilan sampel. Kita perkirakan rata-rata per hari itu bisa kita layani 500 orang yang memanfaatkan rapid antigen," imbuhnya.
Lokasi layanan rapid tes antibodi dan antigen berada di area publik terminal domestik Bandara Ngurah Rai.
Sebelumnya tempat ini adalah Posko Terpadu.
Layanan rapid test baik antibodi dan antigen beroperasi mulai pukul 07.00 hingga 22.00 Wita, dengan tarif atau biaya untuk rapid antibodi Rp 85 ribu dan rapid antigen Rp 170 ribu.
Pengguna jasa bandara bisa memanfaatkan layanan pendaftaran secara online dengan membuka www.daftarrapid.panggilaja.com.
Persiapan RSUP
Sementara itu, RSUP Sanglah Denpasar sedang menyiapkan layanan untuk rapid test antigen.
Namun belum dipastikan kapan alat tersebut akan tersedia di RSUP Sanglah.
“Sementara masih kami persiapkan. Untuk saat ini saya belum tahu kapan ready-nya alat rapid test antigen di RSUP Sanglah,” ujar Kabag Humas RSUP Sanglah, Dewa Ketut Kresna, kemarin.
RSUD Klungkung pun mulai menyiapkan sarana dan prasarana pelayanan rapid test antigen.
Hal ini untuk mengantisipasi kebutuhan masyarakat jika hendak keluar daerah.
"Saya sudah minta untuk pengadaan alat rapid test antigen, semoga minggu depan sudah bisa kami layani," ujar Dirut RSUD Klungkung, dr I Nyoman Kesuma.
Tahap awal ini, pihaknya berencana mengadakan 1 box alat test rapid antigen. Biaya untuk sekali rapid test antigen secara mandiri rencananya akan dikenakan sekitar Rp 350 ribu, lebih mahal dari rapid test antibodi yang biayanya Rp 150 ribu. Sementara untuk swab PCR mandiri dikenakan biaya Rp 900 ribu.
"Biaya ini diterapkan hanya untuk rapid atau swab test mandiri. Kalau hasil tracking, tentu gratis," ungkap Kesuma.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Ketut Suarjaya, menjelaskan rapid test antibodi dipakai untuk mengecek antibodi dan dasarnya memakai darah serta hasilnya berupa reaktif atau non-reaktif.
Kemudian untuk rapid test antigen dilakukan seperti tes swab dan bisa mendeteksi keberadaan virus.
"Akurasinya 80 persen dari akurasi PCR. Makanya lebih akurat. Kalau rapid test antibodi kan tidak akurat, tidak bisa menentukan dia tertular atau tidak. Tidak tahu kita apakah dia sedang ada virus atau tidak," kata Suarjaya.
Sementara untuk rapid test antigen sudah bisa mengetahui sedang ada virus atau tidak.
Sehingga jika hasilnya positif maka ada virus di dalam tubuh manusia yang melakukan rapid test antigen.
Mengenai masalah harga, Suarjaya menegaskan bahwa rapid test antigen lebih mahal dibandingkan dengan rapid test antibodi.
Keberadaan satu unit rapid test antigen di pasaran berkisar antara Rp 380 ribu sampai 460 ribu.
"Lebih mahal. Jauh lebih mahal ini (rapid test antigen). Rp 360 sampai 460 ribu per unit. Harganya mahal dia. Tapi akurasinya jauh lebih akurat daripada rapid antibodi," kata dia.
Setelah adanya kebijakan rapid test antigen ini, Suarjaya menuturkan penggunaan rapid test antibodi tetap dilakukan.
Hanya saja penggunaan rapid test antibodi ini dilakukan sampai stoknya sudah habis dan dipakai untuk melakukan screening di berbagai tempat umum yang ada banyak kasus.
"Misalnya ada banyak kasus sehingga kita ingin tahu lebih cepat apakah ada transmisi yang lebih luas, itu (masih) boleh pakai rapid antibodi. Tapi ini akan dipakai sampai stoknya sudah habis. Habis itu endak pakai (rapid test antibodi) lagi. Nanti ke depan akan pakai rapid test antigen saja," terangnya.
Suarjaya memperkirakan, stok rapid test antibodi yang ada di Bali saat ini kira-kira masih berada di angka 5 ribuan.
"Sekarang kita lebih upayakan untuk menggunakan rapid test antigen," tuturnya. (zae/sar/sui)