Berita Bali

Menristek/BRIN Dorong Unud Lakukan Riset yang Bisa Sejahterakan Masyarakat Bali

"Kita lihat dulu apa yang ada di sekitar, yaitu untuk kebutuhan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Bali. Itu yang paling penting," kata Bambang

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali / Tangkap Layar
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN), Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro hadir dalam kegiatan Bakti Inovasi Universitas Udayana (Unud) di Gedung Wiswa Sabha, Kampus Unud Bukit Jimbaran, Badung, Rabu (23/12/2020) 

Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Tuntutan riset yang dilahirkan oleh perguruan tinggi saat ini tidak cukup hanya bisa meningkatkan karir peneliti, mengangkat nama institusi dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Akan tetapi, riset saat ini dituntut agar berguna atau langsung bisa dinikmati oleh masyarakat.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN), Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mendorong agar berbagai riset yang dihasilkan oleh perguruan tinggi di Indonesia, termasuk Universitas Udayana (Unud) bisa dipakai oleh masyarakat.

"Kita lihat dulu apa yang ada di sekitar, yaitu untuk kebutuhan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Bali. Itu yang paling penting," kata Bambang Brodjonegoro saat hadir dalam kegiatan Bakti Inovasi Universitas Udayana (Unud) di Gedung Wiswa Sabha, Kampus Unud Bukit Jimbaran, Badung, Rabu (23/12/2020).

Baca juga: Menristek : Sudah Saatnya Bali Melakukan Diversifikasi Ekonomi Agar Tak Hanya Andalkan Pariwisata

Oleh karena itu, Bambang Brodjonegoro mengharapkan ada program dari Rektor dan pimpinan di Unud agar bisa melahirkan inovasi yang relevan untuk masyarakat Bali.

"Tadi sudah ditampilkan produk dan segala macam. Yang paling penting adalah produk tersebut akhirnya dikapai benar dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Bali," tegasnya.

Menristek/BRIN juga memberikan apresiasi atas kinerja Unud di bidang penelitian karena saat ini sudah berada pada klaster mandiri.

Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya karya tulis atau paper dosen di Unud yang masuk ke Scopus atau terindeks internasional.

"Nah barangkali Bu Rektor bisa terus mendorong agar meskipun masuk Scopus diupayakan makin banyak yang kearah Q1 dengan indeks faktor yang tinggi, dengan citation yang tinggi," pintanya.

Dirinya menuturkan, jika hal tersebut dapat diraih maka bisa langsung berdampak pada kinerja dan peringkat dari Unud.

"Nah itu sisi penelitian yang tentunya tetap harus menjadi perhatian kita semua, terutama pimpinan Universitas Udayana," kata dia.

Bambang Brodjonegoro menuturkan, perguruan tinggi yang mempunyai tri dharma berupa pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat yang harus dijalankan.

Saat ini dua dharma, yakni penelitian dan pengabdian masyarakat ada di bawah koordinasi Kemenristek/BRIN.

"Jadi kami ingin sebanyak mungkin universitas di Indonesia, negeri maupun swasta itu berlomba-lomba meningkatkan kinerjanya, baik di bidang riset dan yang belakangan kita juga mendorong lahirnya kebih banyak inovasi," kata Menristek/BRIN.

Baca juga: LPPM Unud Dampingi Masyarakat Desa Ngis Kembangkan Desa Wisata

Menurut Bambang, riset jelas sangat penting sekali dihasilkan oleh perguruan tinggi yang masuk dalam bidang kedua dalam tri dharma yakni berupa penelitian.

Namun tentunya ketika melakukan riset atau penelitian, pasti ada motivasi di belakangnya sehingga lahir paper yang berkualitas bisa masuk Scopus.

Akan tetapi kebanyakan motivasinya adalah untuk individu atau diri sendiri.

"Tidak ada yang salah dengan itu. Karena tentunya Bu Rektor juga ingin sebanyak mungkin dosen Unud yang jadi lektor kepala apalagi jadi guru besar. Dan untuk jadi guru besar tentunya harus ada publikasi dengan jumlah tertentu di jurnal internasional yang terkategori masuk Scopus," terangnya

"Jadi penting sekali memang motivasi pribadi agar lebih banyak riset yang dilakukan demi melahirkan paper yang berkualitas. Jadi tidak ada yang salah dan itu penting sekali," imbuh Guru Besar Universitas Indonesia (UI) itu.

Kemudian motivasi yang kedua, tutur Bambang, tentunya motivasi yang berkaitan dengan keilmuannya sendiri.

Kadang-kadang, kata dia, ada ilmu yang sangat dinamis perkembangannya karena banyak peneliti di bidang tersebut yang banyak melahirkannya pemikiran-pemikiran baru.

Sehingga ketika melakukan riset, motivasinya adalah ingin melahirkan sesuatu yang baru khusus di bidang ilmunya.

Melalui motivasi semacam itu ilmu peneliti bisa semakin berkembang dan posisi dia sebagai ilmuwan di bidang tersebut juga makin kelihatan.

Bagi Bambang, motivasi semacam ini juga tidak salah dalam melakukan riset atau penelitian.

Baginya, ilmu pengetahuan atau sains itu harus berkembang terus.

Tetapi untuk di Indonesia untuk melakukan riset atau penelitian motivasinya harus ditambah yang ketiga yakni untuk ilmunya.

 "Untuk yang pertama dan kedua tentunya sangat berguna, pertama buat individunya, kedua buat institusinya dan ketiga buat ilmunya," paparnya.

Ketika motivasi yang ketiga ditambahkan maka riset bukan saja dilakukan untuk kemajuan pribadi dan institusi, tetapi juga untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan pembangunan.

Kemajuan pembangunan ini diharapkan bisa mengubah ekonomi Indonesia dari yang awalnya berbasis sumber daya alam menjadi ekonomi yang berbasis inovasi.

"Jadi artinya risetnya sendiri tidak cukup output-nya dalam bentuk publikasi atau dalam bentuk pelaporan, atau hanya sampai prototype. Sekarang semua pihak menunggu bisakah riset di Indonesia itu melahirkan inovasi," tegasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved