Israel dan Irlandia Laporkan Kasus Varian Baru Covid-19 yang Sangat Menular

Tiga kasus di antaranya baru kembali dari Inggris dan sedang menjalani isolasi di sebuah hotel rujukan.

Editor: DionDBPutra
Pexels
Ilustrasi 

TRIBUN-BALI.COM, TEL AVIV - Israel menemukan empat kasus varian baru Covid-19 sangat menular, yang pertama kali muncul di Inggris.

Demikian menurut Kementerian Kesehatan Israel pada Rabu (23/12/2020).

Tiga kasus di antaranya baru kembali dari Inggris dan sedang menjalani isolasi di sebuah hotel rujukan pasien Covid-19, dengan kasus keempat masih diselidiki.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, Israel telah meluncurkan vaksinasi Covid-19 pada Sabtu lalu dan 70.000 dari 9 juta penduduk mereka telah disuntikkan vaksin.

Baca juga: Varian Baru Virus Corona yang Mengganas di Inggris Sudah Masuk Singapura Melalui Seorang Pelajar

Baca juga: Varian Baru Virus Corona Tak Terkendali di Inggris, Indonesia Terbitkan Edaran Keluar Masuk Negara

Baca juga: Varian Baru Virus Corona Disebut Menyebar Lebih Cepat, 21 Negara Ini Stop Penerbangan dari Inggris

Setelah mengamankan vaksin dari produsen obat Pfizer, Moderna dan AstraZeneca, Israel berharap memiliki dosis cukup hingga akhir tahun untuk 20 persen dari populasinya yang paling rentan terhadap komplikasi COVID-19.

Hingga kini Israel mencatat 383.385 kasus Covid-19 dan 3.136 kematian.

Otoritas telah memberlakukan dua penguncian nasional dan mungkin akan segera memerintahkan pembatasan lanjutan di tengah lonjakan kasus baru Covid-19.

Irlandia Utara pada Rabu (23/12/2020) melaporkan satu kasus positif varian baru Covid-19 sangat menular yang terdeteksi di Inggris.

Departemen Kesehatan Irlandia Utara melalui pernyataan mengatakan bahwa varian tersebut kemungkinan besar berada di kawasan yang dijalankan oleh Inggris untuk jangka waktu tertentu.

Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa varian tersebut menyebabkan penyakit yang lebih serius atau tingkat kematian yang lebih besar atau berpengaruh pada vaksin dan pengobatan, tambahnya.

Varian baru dari pandemi virus corona SARS-CoV-2 menyebar cepat di Inggris dan memicu kekhawatiran tingkat tinggi bagi negara tetangga Eropa, yang beberapa di antaranya telah memutus jalur transportasi.

"Kendati mutasi virus tidak jarang terjadi, potensi galur baru ini untuk menyebar sangat cepat menjadi perhatian yang serius," kata Kepala Petugas Medis Irlandia Utara melalui pernyataan.

Pekan lalu, Irlandia Utara, yang merupakan bagian dari Inggris, mengumumkan bahwa hampir semua orang akan merasakan pembatasan level tertinggi setelah Natal saat memasuki penguncian selama enam pekan dalam upaya menekan lonjakan kasus Covid-19.

Kemanjuran CoronaVac China

Sementara itu, para peneliti Brasil mengatakan kemanjuran vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech, CoronaVac, lebih dari 50 persen berdasarkan data uji coba.

Namun atas permintaan perusahaan farmasi China itu, mereka masih menahan hasil lengkap hasil pengujian sehingga menimbulkan pertanyaan tentang transparansi.

Brasil adalah negara pertama yang menyelesaikan uji coba tahap akhir vaksin CoronaVac tapi peluncuran hasilnya, yang tadinya ditetapkan awal Desember, kini telah ditunda tiga kali.

Penundaan terbaru itu merupakan pukulan bagi Beijing, yang telah berlomba untuk mengejar ketertinggalan dari produsen obat negara-negara Barat, dan akan meningkatkan kritik bahwa perusahaan-perusahaan China pembuat vaksin kurang transparan.

Penundaan juga kemungkinan akan meningkatkan keraguan terhadap vaksin China di Brasil, pada saat virus kembali merebak.

Presiden Jair Bolsonaro mengatakan dia tidak akan menggunakan vaksin Covid-19.

Ia telah berulang kali mempertanyakan vaksin China berdasarkan "asal-usulnya".

Sebuah jajak pendapat pada awal Desember menunjukkan bahwa setengah dari masyarakat Brasil sekarang menolak vaksin China.

Pejabat dari Institut Butantan pemerintah Negara Bagian Sao Paulo menolak untuk menentukan tingkat kemanjuran dari percobaan yang mereka pimpin dengan 13.000 sukarelawan, dengan alasan kewajiban kontrak dengan Sinovac.

Mereka mengatakan, bagaimanapun, vaksin itu cukup efektif melawan virus corona baru sehingga disetujui untuk penggunaan darurat di Brasil.

Regulator kesehatan Brasil, Anvisa, telah menetapkan tingkat kemanjuran setidaknya 50 persen untuk vaksin dalam pandemi.

"Tujuan kami adalah lebih dari 50 persen. Jika 51 persen, itu akan menjadi penting bagi kita, terutama karena kita hidup pada saat krisis kesehatan," kata Sekretaris Kesehatan Sao Paulo Jean Gorinchteyn. "Bagi kami, ini akan menjadi momen untuk merayakannya."

Para pejabat mengatakan Sinovac meminta mereka untuk menunda merilis data kemanjuran vaksin yang tepat hingga 15 hari mulai Rabu (23/12/2020) sementara perusahaan mengonsolidasikan data dari uji coba secara global.

Sinovac belum menanggapi permintaan komentar

Direktur Butantan Dimas Covas mengatakan tidak ada sukarelawan yang divaksinasi dalam uji coba CoronaVac Brazil yang memperlihatkan kasus Covid-19 yang parah, berkontribusi pada optimisme tentang keefektifannya.

"Sangat bagus bahwa tidak ada kasus yang parah. Itu akan sangat berguna untuk memerangi pandemi ini," kata ahli imunologi Cristina Bonorino, yang duduk di komite ilmiah Masyarakat Imunologi Brazil.

"Tapi itu merusak citra vaksin mereka," tambahnya. "Mereka seharusnya tidak menunjukkan sesuatu yang pada akhirnya tidak mereka laporkan. Itu masalah yang lebih besar."

Sinovac akan menjadi produsen vaksin China kedua yang menghasilkan kesimpulan dari uji klinis tahap akhir, setelah Uni Emirat Arab pada Desember mengatakan vaksin dari unit China National Pharmaceutical Group (Sinopharm), yang berbasis di Beijing, memiliki kemanjuran 86 persen.

Produk saingan yang dikembangkan oleh AstraZeneca Plc, Pfizer Inc dan Moderna Inc telah membuahkan hasil yang positif.

Perawatan Pfizer, yang dikembangkan dengan mitra Jerman BioNTech SE, adalah suntikan Covid-19 pertama yang teruji penuh yang akan diberikan. Vaksinasi Pfizer sudah dimulai di Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada.

China telah memberikan vaksin virus corona eksperimental, termasuk suntikan yang dikembangkan oleh Sinovac, pada kelompok berisiko tinggi di China sejak Juli di bawah program penggunaan darurat.

Sinovac telah mendapatkan kesepakatan pasokan untuk vaksinnya dengan beberapa negara termasuk Indonesia, Turki, Brasil, Chile dan Singapura, dan sedang mengadakan pembicaraan dengan Filipina dan Malaysia untuk potensi penjualan.

Sumber: antaranews.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved