Human Interest Story
Jeff Bezos Jadi Orang Terkaya di Dunia Ternyata Suka Melakukan Rutinitas Ini Setiap Hari
Menurut buku yang baru diterbitkan, "Invent & Wander: The Collected Writings of Jeff Bezos," Bezos mengatakan itu adalah aktivitas pagi yang berharga
TRIBUN-BALI.COM - Orang akan membayangkan bahwa Jeff Bezos, sebagai orang terkaya di dunia dan CEO Amazon, sebuah perusahaan bernilai triliunan dolar AS, tidak memiliki banyak waktu luang.
Tapi Bezos sebenarnya menyisihkan waktu setiap hari untuk puttering time atau melakukan pekerjaan sederhana.
Menurut buku yang baru diterbitkan, "Invent & Wander: The Collected Writings of Jeff Bezos," Bezos mengatakan itu adalah aktivitas pagi yang berharga baginya.
"Saya bangun pagi. Saya tidur lebih awal. Saya suka membaca koran.
Baca juga: Usia Masih 44 Tahun, Inilah Profil Orang Terkaya Paling Muda di Indonesia 2020 Versi Forbes
Saya suka minum kopi. Saya suka sarapan dengan anak-anak saya sebelum mereka pergi ke sekolah," kata Bezos di Economic Club of Washington, DC pada 2018, yang termasuk dalam buku baru.
"Jadi puttering time saya sangat penting bagi saya," tambah Bezos seperti dilansir CNBC.
Bezos mengatakan waktu istirahat dan memulihkan tenaga membantunya membuat keputusan berkualitas tinggi.
"Itulah mengapa saya menetapkan pertemuan pertama saya pada pukul sepuluh.
Saya suka melakukan pertemuan dengan IQ tinggi sebelum makan siang, karena pada pukul 5 sore, saya seperti, saya tidak dapat memikirkan lebih banyak tentang masalahnya hari ini.
Mari kita coba ini lagi besok jam 10 pagi," ajaknya
Bezos, 56 tahun, juga memprioritaskan tidur, kecuali dia sedang bepergian ke zona waktu yang berbeda.
"[Saya] butuh delapan jam. Saya berpikir lebih baik. Saya punya lebih banyak energi.
Suasana hati saya lebih baik," menurut buku itu.
Namun, terlepas dari kebiasaan perawatan diri ini, Bezos bukanlah penggemar "keseimbangan kerja-hidup".
Baca juga: Catatkan Rekor Tertinggi, Kekayaan Bos Amazon Jeff Bezos Tembus Rp 2.917 Triliun
Pada tahun 2016, dia mengatakan kepada Thrive Global bahwa dia lebih memilih gagasan "harmoni" kehidupan kerja, daripada "keseimbangan", karena keseimbangan cenderung menyiratkan pertukaran yang ketat.
"Faktanya, jika saya bahagia di tempat kerja, saya lebih baik di rumah, suami yang lebih baik dan ayah yang lebih baik.
Dan jika saya bahagia di rumah, saya datang ke tempat kerja dengan lebih bersemangat, karyawan yang lebih baik dan kolega yang lebih baik, " katanya.(*)