Breaking News

Berita Klungkung

Pelebon Tokoh Puri Klungkung Dijaga Ketat Kepolisian, Tak Ada Bade Tumpang 11

Pelebon Tokoh Puri Klungkung Dijaga Ketat Kepolisian, Tak Ada Bade Tumpang 11 dan Pengayah Rapid Antigen

Tribun Bali/Eka Mita Suputra
DIJAGA KETAT – Petugas kepolisian menjaga ketat pelaksanaan upacara pelebon mantan bupati yang juga tokoh Puri Klungkung almarhum Tjokorda Gde Agung, Rabu (6/1/2021). 

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Upacara pelebon mantan bupati yang juga tokoh Puri Klungkung, almarhum Tjokorda Gde Agung, dilaksanakan pada Rabu (6/1/2021).

Karena dalam masa pandemi, protokol kesehatan diberlakukan ketat.

Bahkan pelebon kali ini dikawal ratusan petugas kepolisian.

SARANA pelebon seperti bade, lembu, dan lainnya sudah tampak siaga di depan Monumen Puputan Klungkung sejak Rabu (6/1/2021) pagi.

Baca juga: Pelebon Tokoh Puri Klungkung Dijaga Ratusan Petugas, Pengarah dan Keluarga Jalani Rapid Antigen

Baca juga: BREAKING NEWS - Pelebon Tokoh Puri Klungkung Dilaksanakan Hari Ini, Upacara Dilaksanakan Sederhana

Baca juga: Pelebon Tokoh Puri Klungkung di Tengah Pandemi Covid-19, Upacara Direncanakan Sederhana

Sarana pelebon keluarga puri yang biasanya megah, dibuat sangat sederhana.

Seperti bade misalnya.

Tak dibuat dengan tumpeng solas hingga tingginya menjulang.

Kali ini badenya hanya setinggi 4 meter.

Termasuk naga banda dan lembu yang berukuran lebih kecil dari biasanya, sehingga tidak membutuhkan banyak orang untuk menggotongnya.

Petugas pengamanan gabungan mulai dari Pecalang, Kepolisian, TNI, dan Satpol PP sejak pagi tampak berjaga di sekitar Puri Agung Klungkung hingga di depan Monumen Puputan.

"Kami mengerahkan 220 personel untuk pengamanan. Dibantu oleh TNI, BPBD, Satpol PP dan juga Pecalang," ungkap Kapolres Klungkung, AKBP Bima Arya Viyasa.

Total pengayah, termasuk keluarga puri, yang dapat mengikuti langsung prosesi pelebon ini sebanyak 340 orang.

Semunya telah dilakukan rapid test antigen, dengan hasil non reaktif.

"Hanya warga dengan tanda pengenal yang diperkenankan ikut langsung prosesi pelebon," jelas Panglingsir Puri Agung Klungkung, Ida Dalem Smara Putra.

Sarana upakara seperti lembu diberangkatkan terlebih dahulu ke pegedengan (lokasi pembakaran jenazah).

Hal ini dimaksudkan agar tidak ada banyak iring-iringan.

Sarana upakara itu juga didorong dengan bantuan roda, agar tak butuh banyak tenaga untuk menggotongnya.

"Jadi semua sarana upacara memang dibuat sederhana dan kecil, sehingga tidak membutuhkan banyak orang untuk menggotongnya," jelas Ida Dalem.
Prosesi upacara dimulai sekira pukul 11.30 Wita.

Jenazah beriringan dengan naga banda dari Puri Agung Klungkung menuju Catus Pata Semarapura.

Iring-iringan itu tampak tidak terlalu panjang, berkisar kurang dari 50 orang.

Kepolisian pun menjaga ketat prosesi tersebut.

Bahkan meminta masyarakat tanpa memiliki tanda pengenal untuk menjauh dari lokasi prosesi.

Tidak tampak iring-iringan panjang warga selayaknya prosesi pelebon tokoh puri seperti pada umumnya, karena jumlah pengayah yang terlibat sangat minim.

Jenazah diusung ke bade sekitar pukul 12.00 Wita, lalu dibawa ke pegedengan dengan iring-iringan keluarga puri, pengayah, dan pengawalan ketat petugas kepolisian.

Tidak Bisa Ditunda

Ida Dalem Smara Putra menjelaskan, sebenarnya pelebon almarhum Tjokorda Gde Agung rencananya dilaksanakan September 2019 lalu.

Hanya karena pandemi, upacara pelebon terhadap mantan Bupati Klungkung periode 1983-1993 itu dilaksanakan kemarin.

"Kami tidak bisa menunda lagi pelebon ini. Karena kami tidak tahu kapan pandemi berakhir. Sementara sebelum jenazah dipelebon, sesuai keyakinan kami tidak dapat lakukan upacara agama," ujarnya.

Dengan pertimbangan itu pihak puri tetap memutuskan pelebon dilaksanakan saat pandemi, walaupun prosesi menjadi sangat sederhana.

(eka mita suputra)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved