Perselingkuhan Ibu 4 Anak dan Pria Beristri di Bangli, Kerap Tak Sadari Masuk Jebakan
Perselingkuhan Ibu 4 Anak dan Pria Beristri di Bangli, Kerap Tak Sadari Masuk Jebakan
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Aloisius H Manggol
Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro
TRIBUN-BALI..COM, DENPASAR – Kasus dugaan perselingkuhan yang dilakukan seorang wanita MLD (29) dengan pria beristri AGU (27) di Bangli, Bali menghebohkan jagat maya.
Keduanya digrebek jajaran Polsek Kota Bangli pada Rabu (6/1/2021), sekitar pukul 21.00 Wita.
Penggrebekan dilakukan atas dasar laporan dari istri si pria tersebut NKJ (27) terhadap dugaan perselingkuhan, keduanya digrebek di sebuah rumah kos Lingkungan LC Uma Bukal, Bangli, Bali.
Baca juga: Oknum Pegawai Rumah Sakit Bangli Kedapatan Sekamar Bareng Suami Orang, Ternyata Juga Telah Bersuami
Diketahui wanita yang diduga melakukan tindak perselingkuhan tersebut adalah pegawai salah satu rumah sakit, masih memiliki suami sah, dan merupakan ibu dari empat orang anak.
Skandal perselingkuhan itu terbongkar setelah NKJ membuntutinya.
Menanggapi kasus tersebut, Psikiater asal Bali, Dr. dr. Anak Ayu Sri Wahyuni SpKJ mengatakan, faktor yang melatarbelakangi terjadinya perselingkuhan atau perzinahan didominasi karena kurangnya komunikasi antar pasangan.
Baca juga: Selamat Jalan Ngurah Adi Guna, Nyawa Melayang Setelah Tak Indahkan Perintah Kakek
"Sebenarnya yang harus digarisbawahi bukan semata-mata ini seorang pegawai rumah sakit, peristiwa perselingkuhan bisa terjadi kepada siapapun, ketika dalam satu rumah tangga tidak terjadi komunikasi yang sehat," kata dr. Sri Wahyuni saat berbincang dengan Tribun Bali melalui sambungan telepon, pada Jumat (8/1/2021).
Menurut alumnus Universitas Udayana, selain faktor komunikasi, dasar terjadinya perselingkuhan adalah kurangnya pemahaman terhadap kelebihan dan kekurangan setiap pasangan.
"Tidak ada saling memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing, jika ada masalah tidak diselesaikan dengan segera, itu yang pertama dasar kenapa bisa terjadi perselingkuhan," bebernya.
Lanjut dia, perselingkuhan juga dapat terjadi melalui interaksi keluh kesah atau curhat kepada lawan jenis oleh mereka yang sudah berstatus dengan dalih rasa percaya dan nyaman dari situ muncullah toxic relationship, biasanya ini yang menjadi jebakan.
Hal itu bermula dari pasangan yang mengalami kesulitan berkomunikasi dalam rumah tangga.
"Tidak mendapat penghargaan, tidak mendapat kasih sayang, sulit menyelesaikan masalah yang dihadapi, baik masalah dirinya maupun masalah keluarga," sebut Psikiater Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar itu.
"Lebih sering mereka tidak menyadari bahwa mereka masuk dalam jebakan itu, yang dipasang, bisa saja dari pihak laki bisa perempuan karena kita tidak menutup kemungkinan keduanya punya peran dan potensi yang besar," imbuh dia.
Perempuan yang menjabat Ketua Yayasan Lentera Bali ini memaparkan, bahwa kasus oknum pegawai di salah satu rumah sakit di Bali itu hanya satu contoh dari sekian banyak kasus perselingkuhan yang tidak terkuak.